Lebaran tahun ini alhamdulillah masih seperti tahun sebelumnya, Allah memberi kesempatan bagi kami sekeluarga untuk berkumpul di Palembang. Yap Mamak Papa memang bukan orang Sumatera Selatan, tetapi sejak pensiun Papa merasa nyaman hidup di kota ini dan akhirnya sudah 26 tahun kami berada di kota Palembang, kadang berteleponpun sudah menggunakan bahasa daerah Palembang, wong kito galo katanya !
Setelah menyelesaikan rangkaian solat Ied, kami pun kembali ke rumah, menikmati santapan khas lebaran. Ada lontong khas medan, lamang tapai khas bukit tinggi, pempek tentunya sebagai ciri khas wong Plembang hehehe. Setelah kenyang suasana masih jam 10 pagi dan tetangga belum ada yang berdatangan karena masih sibuk dengan keluarga masing-masing, akhirnya Mamak mencetuskan ide bagaimana kalau kita mengunjungi Museum Alquran Al-akbar yang mendapat rekor MURI Dunia sebagai Alquran terbesar di dunia yang terbuat dari bahan Kayu Tembesu, kayu lokal khas Palembang.
Memang selama ini meski kami tinggal di Palembang belum pernah kami mengunjungi museum ini, padahal tidak jauh dari rumah hanya sekitar 15 KM, andai kalian ingin berwisata juga mudah guys, dari bandara ada Trans Musi (ituloh sejenis Bis Trans Jakarta) atau mau naik taksi bisa nego dengan supirnya (di dalam bandara taksi semacam Blue bird tidak ada ijinnya, sehingga taksi argo merk lain punya wong kito dengan argo yang tak bersahabat hehe, tapi bisa ditawar asal lu jago ya ) maksimal 50 ribulah. Museum Alquran Alakbar ini berlokasi di pondok pesantren Al-Ihsaniyah Gandus dan hanya butuh waktu 20 menit dari Bandara, kemudian tiket masukpun cukup murah hanya Rp. 5.000 per orang. Didalamnya langsung rasanya kagum, masyaallah..indahnya, gedenya..ada 5 lantai dan masing-masing lantai terdapat bilah-bilah jendela, bisa kita buka bolak-balik. Dan bagi pengunjung hanya diperkenan berwisata sampai lantai ke dua karena khawatir bahaya. Didalam ada juga disediakan air minum dan kotak infak, andai tak ingin mengisi kotak infak juga tak masalah kok.
Suami dan anak berada di Lantai 2 |
Lalu kami pun ber poto-poto sebagai wujud kekaguman. Ketika itu aku langsung posting di akun Facebook , saat itu suami dan anakku sedang berada dilantai dua, dan sebuah komentar mendarat pada postingan tersebut ? "Apakah itu termasuk menginjak Alquran ? Saya jawab Inshaallah tidak, karena sudah ada pembatas, karena ini barang seni dan bukan mushaf yang disatukan maka tidak termasuk dalam penodaan kitab suci, allahu a’lam bish-shawabi
Sejarah Alquran Al-akbar
Gagasan pembuatan Alquran terbesar ini tercetus pada tahun
2002, dimana saat itu H. Sofwatillah Mohzaib baru saja menyelesaikan kaligrafi pintu dan ornamen Mesjid
Agung SMB II Palembang. Disinilah awal mula ide untuk membuat mushaf Alquran
dengan ornamen dan ukiran khas Palembang. Setelah selesai 1 keping lembaran
kaligrafi Alquran beliau pun menemui tokoh masyarakat Palembang Bapak H. Marzuki
Alie, harapan hanya satu yaitu beliau mau mensupport pembuatan Alquran alakbar
ini.
Lalu pada tahun baru islam 1423 H, Bapak Marzuki Alie
meminta 1 lembar keping Alquran Al-akbar (surat Al-fatihah) untuk di pajang pada
acara bazar. Terbuat dari kayu tembesu berukuran 177 cm x 140 cm dengan
ketebalan 2.5cm . Akhirnya proses keseluruhan Alquran Alakbar ini dikerjakan di
rumahnya , target semula akan selesai pada tahun 2004, akan tetapi karena
keterbatasan bahan baku dan dana baru bisa selesai pada tahun 2009.
Pemilihan kayu trembesu tak lain dikarenakan merupakan kayu
khas Palembang yang biasa dibuat untuk perabotan dengan ukiran khas Palembang.
Pembuatan cukup rumit, dimana sebelum diukirkan ke atas kayu terlebih dahulu
ditulis ke karton lalu di jiplak diatas kertas minyak, di koreksi tulisannya
barulah dipindahkan ke atas kayu. Dan untuk pembuatan Alquran Alakbar ini
tentunya dilakukan secara tim bahkan sampai ada SK dari gubernur untuk tim
khususnya. Mengenai tulisannya menggunakan kaligrafi Khat Naskhi sama hal yang
kita temui pada Alquran terbitan arab saudi sedangkan tajwid sesuai standard
kementerian agama RI. Tahun 2008 akhirnya pembuatan karya seni Alquran Alakbar inipun rampung dengan total 323 lembar keping kayu besar berisi 630 halaman, dengan tinggi mencapai 9 meter secara keseluruhan bila ditumpuk menjadi satu kitab dan 14 mei 2009 akhirnya diresmikan di Mesjid Agung Palembang. Pada tahun 2012
ada 50 negara yang hadir ke Palembang dalam rangkaian acara Konferensi Islam dan
pada tahun itulah SBY selaku Presiden RI meresmikan pembangunan Museum Alquran Alakbar sekaligus
meraih rekor sebagai Alquran kayu terbesar di dunia dari jenis ukiran kayu khas
Palembang (lah iya Palembang kan cuman ada satu di dunia ini heheh).
So, kamu yang berkesempatan mengunjungi kota Palembang jangan lupa ya kunjungi Museum Alquran Alakbar ya....
6 Komentar
Selamat pagi Luli, Subhaanallah, Baru tau kl ada museum ini di Palembang. Berarti 323 keping dengan jumlah 630 halaman dipajang di 5 lantai museum. Bangga Indonesia punya Seni seindah ini. Salam hangat dari Bunda di Pamulang.
BalasHapusiya bunda hehhe
HapusMaksudnya Uli, hehe...
BalasHapusMaksudnya Uli, hehe...
BalasHapusMaksudnya Uli, hehe...
BalasHapusSubhanallah, Al Qur an-nya besar sekali..!
BalasHapusKomen ya biar aku tahu kamu mampir