Sebenarnya ini adalah hasil obrolan dengan seorang teman, ketika dia bimbang memutuskan apakah terus berkantor atau menjadi Ibu Rumah Tangga saja. Sebenarnya kedua pilihan tersebut tak perlu membuat kita gundah gulana, karena menurutku apapun yang menjadi pilihan kita sudah seharusnya kita mengetahui plus dan minus nya terlebih dahulu, yah dipikirkan secara masak-masak kalau kata Mamak dulu.
Waktu masih kuliah, di kepalaku itu cuman satu ingin menjadi perempuan yang bekerja, maka itulah yang aku lakukan selepas mendapat gelar sarjana akupun mencari pekerjaan dan akhirnya aku berada pada impian ku, it's great ! Lalu dalam keadaan menjomblo mulailah berandai-andai, ah nanti kalau sudah menikah akupun ingin seperti Mamak ku, seorang Ibu yang bisa menemani hari-hari anak-anaknya. Aku dan lima saudaraku yang lain sangat merasa nyaman karena Mamak selalu ada menemani segala persoalan hidup anak-anak nya, entah itu mengantar atau menjemput sekolah, menyiapkan sarapan, makan siang, makan malam sampai segala camilan, indah pokoknya.
Terima kasih telah merindu mami setiap hari, love u both ! |
Sampailah aku menemukan jodoh, menikah, dan memiliki anak. Ketika makhluk kecil itu hadir duh bahagia banget, sampai-sampai aku kekurangan jam tidur karena ingin selalu menatapnya. Akhirnya sebuah kesedihan luar biasa aku rasakan ketika cuti melahirkan akn berakhir, "duh masak sih aku berpisah dengan anakku ? Kemana keinginan ku dulu untuk hadir menemani hari-hari anakku ? Perang batin terjadi, menangis ketika menatapnya, air mata tak tertahan membayangkan dia akan diasuh orang lain. Tapi kehidupan berjalan, mau tak mau aku harus meninggalkannya karena kewajiban di Kantor sudah menunggu. Setelah berjalan 3 minggu dan masih dengan persaan sedih , setiap pagi selalu ada air mata menetes ketika meninggalkannya untuk bekerja. Tapi Allah itu maha baik kan ya ? Akhirnya ada sebuah kejadian di Perusahaan yang membuat aku berani mengajukan cuti khusus. Boss kan tahu aku baru melahirkan dan akhirnya dengan rayuan ini itu disepakati lah cuti khusus ku, bahwa upah ku hanyalah berupa gaji pokok, tunjangan lainnya tak usah di bayarkan dan tetap dengan catatan bila ada pekerjaan yang mengharuskan aku hadir ke kantor maka aku akan hadir.
Aku berhasil menemani anakku sampai berusia 9 bulan. Semua pekerjaan rumah tangga seperti mencuci, memasak, menyetrika, mengasuh anak aku lakukan sendiri tanpa bantuan asisten, hanya ada suami yang membantu tugas kecil seperti mencucikan piring atau menyetrika baju yang kecil-kecil. Dan yang terjadi apakah aku bahagia ? Semua sudah seperti impian ku, aku ada disamping anakku setiap hari, aku bisa menyiapkan segala sesuatu kebutuhan suami, perfect ! Aku sempurna sebagai seorang Ibu dan Istri. Tapi moms aku tak BAHAGIA.
Apa Sebabnya ?
- Dulu sewaktu bekerja, pagi-pagi sekali aku bangun menyiapkan keperluan anak dengan cinta, memasak makanannya dengan doa-doa, menitipkan nya di daycare dengan segala harapan kebaikan, sehingga setiap tarikan nafas ku di dalam perjalanan hanya ada doa, dzikir untuk keselamatan anakku, begitu aku di rumah kegiatan ini jauh berkurang bahkan berdoa pun menjadi buru-buru kala aku mendengar tangis nya.
- Dulu ketika aku bekerja, jam lima sore adalah jam yang aku tunggu, begitu detik nya 16.59 maka aku bergegas pulang, kaki acap kali tersandung namun bisa diabaikan karena semangat yang hadir didalam diri luar biasa, come on uli cepat..cepat..karena buah hati menunggu mu. Namun ketika aku di rumah jam lima sore adalah jam yang aku tunggu, aku butuh suamiku segera sampai ke rumah, aku butuh me time satu jam untuk sendirian melihat sosial media.
- Dulu kala aku bekerja, maka rasa letih di dalam perjalanan pulang raib entah kemana ketika mata anakku menatap ku, apalagi bibirnya tersenyum menyambut ku duh energi baru langsung mengisi seluruh tubuhku, sekarang ketika aku di rumah maka menjelang maghrib aku sudah tertidur kelelahan, seharian di rumah membuat aku mudah lelah, rasanya tak ada energi baru yang mengisi tubuh, senyum rindu dari anakku pun tak pernah muncul kembali.
- Dulu me time ku adalah selama aku berada di kantor, sehingga tak pernah aku minta me time lagi karena memang aku bahagia. Tapi setelah menjadi ibu rumahan, justru aku menuntut suami di akhir pekan, aku memintanya untuk menjaga anak kami "Pi , mami mau creambath ya suntuk di rumah aja , jagain Kanda sebentar ya"
- Dulu pagi-pagi sekali semua masakan sudah siap untuk kami santap sebagai sarapan, dan membawa bekal ke kantor suami dan aku, begitu aku di rumah semua waktu terlalu santai, hanya memasak sarapan lalu bilang ke suami "Pi, buat makan siang beli aja ya " soalnya mami masaknya nanti aja pas Kanda tidur jam 10 an, kalau mau ya pulang kalau nggak ya buat makan malam Papi nanti ya.
Aku tak bahagia, itu yang aku rasakan. Aku merasa kehilangan banyak hal, hobi menulis ku lenyap sama sekali, yang pasti aku merasa jenuh memegan anakku seharian, terbukti begitu suami pulang maka aku menuntutnya untuk segera menjaga anak kami "gantian ya pi, mami capek seharian " . Dan akhirnya aku menyadari bahwa menjadi Ibu Yang tidak bekerja bukanlah pilihan yang terbaik untuk diriku. Bisa jadi juga ini dikarenakan aku melakukan semua pekerjaan sendirian, mungkin akan berbeda hasil bila ada orang yang membantu pekerjaan rumah tangga sementara kita fokus ke urusan anak saja. Aku berpikir mungkin juga aku merasa lelah karena anak-anakku belum sekolah semuanya masih full di rumah, dan bisa jadi situasi akan berubah lagi, namun saat ini aku bahagia dengan memilih menjadi ibu pekerja.
Dengan menjadi Ibu Pekerja aku justru ter tantang untuk menjadi Ibu yang bertanggung jawab terhadap urusan rumah tangga, sampai hari ini sebelum aku meninggalkan rumah maka sarapan, makan siang dan makan malam beres urusannya di tanganku. Menyapu, mencuci juga beres kami lakukan (disini ada bantuan pak suami), dan sampai sekarang aku merasa selalu ada energi baru ketika aku menatap anak-anakku, selalu ada tatap kerinduan dari anak-anak untukku yang membuat aku merasa dibutuhkan, bahkan kecupan pelukan dari suami ketika aku berangkat dan pulang ke rumah adalah sumber kebahagiaan saat ini. Bahkan saat ini aku bisa melanjutkan hobi menulis ku bahkan tak jarang ketika weekend tiba maka aku membawa anak-anak bersamaku ah rasanya bahagia dan rasa lelah tak mampu hadir di diriku karena selalu ada tatapan rindu dari anak-anak.
Dalam mengajukan cuti ini memang benar harus melihat situasi perusahaan, dan peraturan perusahaan tentunya, kalau aku waktu itu berpikir hanya dengan meminta gaji pokok maka aku yakin perusahaan pasti mau kasih ijin nya. Nah kalau orang bisa bilang begini begitu maka aku sudah punya pilihan karena aku sudah mencoba menjalankan peran lainnya, so sebelum resign ada baiknya coba dulu ya moms, biar nggak ada sesal di kemudian hari.
So kalo mommies masih bingung apakah mau di rumah atau berangkat ke kantor,coba moms ajukan cuti khusus ke kantor, aku beruntung bisa mendapat 6 bulan, kalau tak bisa sebanyak itu mungkin satu bulan cuti khusus sudah bisa membuat mommies bisa mengambil keputusan apakah resign or stay !
Apapun pilihan mommies, kita harus bahagia ya ... karena Ibu yang bahagia akan menghasilkan anak-anak yang bahagia ...
15 Komentar
Woooo kece
BalasHapusDalam perjalanan pulang kemarin dari senayan, aku dan sumai membahas obrolan kita ini
Dan memang ini masalah pilihan plus kenyamanan hati
Semangaaaaaaaat
yup, yang penting jangan menyesali sebuah keputusan ya mak
HapusSetiap keputusan udah tau risikonya ya mbak dan siap menerima menjalaninya dg hati bahagia setidaknya berusaha terus bahagia...
BalasHapusiyes mbak wa, bertanggung jawab kepada pilihan jadi kalao ada omongan sana sini kitanya fix sudah yakin hehe
HapusSetuju banget deh mba, kalo jadi ibu itu harus bahagia biar seisi rumah juga bahagia, termasuk suami dan anak anak :)
BalasHapusiya mbak, memang the power of emak itu luar biasa ya hehhe
HapusMama dulu sempat nyesel berhenti kerja, karena ngurus anak, dia ndak mau pake ART or babysitter, tapi pas anaknya udah pada gede dan gantian jagain dia, mama jadi bersyukur dulu gak salah ambil keputusan, hehehe
BalasHapusSalam,
Aci.
sip
Hapushehehe, saya pun merasakannya mbak. Saat jadi IRT kok mudah lelah, kok nuntut suami lebih banyak, dll gitu deh.
BalasHapusTapi saat itu ada situasi buruk di kantor yang membuat saya tidak menyesal sama sekali untuk resign. Syukurnya saya tetap bahagia
iya selalu ada hal yg dikirimkan sang pencipta untuk membuat kita bersyukur terhadap keadaan kita
HapusMenjadi full time mom atau working mom tentu memiliki konsekuensi sendiri-sendiri ya, Mbak. Apapun keputusan yang kita pilih tentu demi kebahagiaan keluarga. Keep being a happy mom deh :)
BalasHapusiya apapun itu, harus bersyukur
HapusSetujuuu bgt sama Mba Uli.. Apapun pilihannya yg penting jadi ibu yg happy yaa.. Aku pun ngerasain yg mba rasain itu.. Dan tutup kuping aja sama org2 yg masih suka nyindir ini itu sama piliham kita.. :)
BalasHapusIyes bahagia aja
HapusKerjaan yang paling menyenangkan adalah hobi yang dibayar, apalagi bisa dikerjakan dekat dengan keluarga
BalasHapusKomen ya biar aku tahu kamu mampir