Mengingat masa lalu, di hujan yang membasahi bumi pagi ini.
Aku dikenal orang ceria, bahkan mamak ku sendiri suka bete melihat aku yang masih bisa baik dengan teman yang sudah berbuat tak baik kepadaku. Entahlah! tapi mamak lupa sebenarnya aku bisa seperti itu karena dirinya, meski kerap kali mamak bilang "kalau mamak digituin mamak akan blablabla", tapi aku tahu bukan seperti itu, buktinya aku bisa bersikap begitu karena mamak hehe.
Mamak sama sepertiku sekarang, bahwa anak-anak itu akan tumbuh dengan pemikirannya sendiri, mau kita larang, mau kita cegah tapi kalau pemikirannya salah maka akan salah. So mamak tak pernah menerapkan aturan yang keras, paling hanya bilang pacaran boleh saat SMA, begitu daftar masuk SMA meski belum tahu lulus apa nggak langsung diijinkan berpacaran hehehe atau tentang belajar nngga pernah ada keharusan, mamak hanya meminta hasil akhir lengkap dengan rewardnya, so kami anak-anaklah yang berjuang mendapatkannya, tapi adikku IQ nya ga bagus tetap dapat hadiah karena mamak memasang kriteria itu sesuai kemampuan anak-anaknya.
Nah, mau cerita nih tentang usia berapa aku ke bioskop, yah itu kejadian juga karena menemani mamak, awalnya ga paham sih tapi seiring bertambah usia akhirnya mengerti bahwa gedung besar dan gelap itu adalah tempat menonton. Papa itu dulu sibuk banget ketemu di pagi hari saja rasanya, pulangnya malam terus, jadi mamak yang IRT diberi 'me time' untuk menonton film, yah tahun 80an dikampung belum kenalan sama yang namanya video.
Aku ga ingat judul fimnya tapi saat itu aku baru mau TK, nah dulu itu di bioskop yang diputar kebanyakan film India, dan pemeran utama yang aku kenal adalah Mithun, pokoknya setiap film baru main dan ketika si jagoan hadir settingan nya selalu saja yang muncul dilayar sepatu putih dahulu, perlahan naik keatas dan terlihatlah wajah sang jagoan, serempak riuh tepuk tangan penonton, disitu aku paham "ohh ini toh orang yang ditunggu-tunggu", dan memori sebuah jalan cerita baru bisa aku ingat sejak film Mithun yang berjudul "Disco Dancer", sampai sekarang aku masih suka melantunkan lagu-lagu yang ada dalam film itu, salah satunya jimmy..jimmy hehe. Pokoknya seminggu bisa 3 kali masuk bioskop dan diantara saudaraku memang aku yang kerap diajak mamak, pernah lagi menonton yang tokoh wanitanya bernama Sri Devi, nah ini film berjudul Nagina, tentang ular yang bisa menjelma manusia, sepertinya ada sampai beberapa sequel deh, dan tahun 80 menjelang 90 barulah bioskop mulai hadir dengan film-film Indonesia inget banget tuh sampai ngantri buat nonton Ari Anggara, based on true story jadilah untuk satu fiom ini mamak mengajak aku sampai 2x masuk bioskop dan sampai sekarang kesedihan menonton film ini sama saja dengan saat aku masih kecil hehe, dasar si mellow !
Kebiasaan ke bioskop ini membuat aku semakin menjadi, saat SD setelah kami pindah lagi ke kota lain (kota yang masih nuansa kampung hehe) kebetulan rumah kami berjarak sangat dekat dengan Bioskop, dan tetangga kami adalah pemilik Bioskop, jadi untuk masuk menonton sering banget gratis, waktu itu bioskop lagi trend dengan satu karcis dua film hahaha jadi seharian lah di dalam bioskop, film-film Boboho, kungfu-kungfu, klosal semua aku nikmati di dalam Bioskop, sampai suatu ketika Papa pulang cepat dan mendapati rumah sepi dari anak-anaknya, dan tahu apa ? Papa menggedor bioskop berteriak memanggil nama kami, kami saling tatap dan minta penjaga bioskop menyembunyikan kami hahaha sampai akhirnya kami berhasil lolos dari pintu belakang, kami lariii terbirit menaiki rumah kami dan menuju tempat persembunyian kami, fiiuh besok paginya Papa menghukum dengan tidak memberikan permen cocorico kesukaan kami yang selalu dibawanya setiap malam dan di pagi hari di meja makan memang kami tak melihat permen itu di samping piring kami hiikss Papa Ngamukk !
Sejak saat itu dilarang lah kami ke Bioskop hehe, dampak ke Bioskop menurutku ga begitu besar sih, meski aku menonton film yang untuk dewasa ya saat itu memang belum paham jadi aku hanya menikmati bagian yang bisa aku nikmati, namun begitu umur ku bertambah ternyata semua adegan dewasa yang aku tonton itu tersimpan rapi di memori ku sehingga ketika aku mulai puber wahh semua memori itu keluar, aku seolah memahami bahwa film itu erotis ya, rupanya dulu itu adegan merangsang ya..ehemmm, beruntung mamak itu membekali kami dengan ilmu agam yang cukup so aku bisa mengontrol diriku, sehingga aku paham bahwa itu adalah tontonan yang tak layak, dan dulu tak seperti sekarang dimana semua informasi bisa dengan mudah dinikmati baik secara lisan, tulisan bahkan visual.
Dan begitu aku kuliah mamak juga memberi jatah uang jajan untuk menonton, untung bioskop saat itu mengadakan promo Nomat "nonton hemat' yah amanlah untuk ukuran dompet anak kuliahan.
So saranku sih kalau mau ajak anak-anak nonton ke bioskop usahakan film sesuai tema usia mereka, kalau moms and paps kebelet pengen nonton film sebaiknya anak-anak dititip saja memang efeknya tak tampak secara jelas saat ini, hanya saja ketika beranjak puber maka seperti aku semuanya hadir kembali dan justru bisa memahami bahwa itu adegan dewasa yang membuat gairah ! Untung dulu juga film adegan-adegan heroik itu masih jarang, kalau ngga mungkin aku sudah mencoba-mencoba...
Aku sendiri sampai sekarang suka menonton, dan pernah membawa anak-anak tapi aku pilih jam nonton yang bersamaan dengan jam tidur siang anak, begitu masuk bioskop film belum mulai anak sudah tertidur, jangan lupa telinganya tutup dengan penutup telinga anak yang untuk terbang hihi atau gunakan kapas juga bisa meredam hehe
Mamak sendiri mulai jarang masuk bioskop ketika sudah kenalan dengan parabola, video dan laser disc hehehe, tapi virus menonton ke bioskop yang hadir di diriku tak bisa dicegah nya hehe
Nah kamu boleh donk sharing, kapan pertama kali ke bioskop, sama siapa hehe
Aku dikenal orang ceria, bahkan mamak ku sendiri suka bete melihat aku yang masih bisa baik dengan teman yang sudah berbuat tak baik kepadaku. Entahlah! tapi mamak lupa sebenarnya aku bisa seperti itu karena dirinya, meski kerap kali mamak bilang "kalau mamak digituin mamak akan blablabla", tapi aku tahu bukan seperti itu, buktinya aku bisa bersikap begitu karena mamak hehe.
Mamak sama sepertiku sekarang, bahwa anak-anak itu akan tumbuh dengan pemikirannya sendiri, mau kita larang, mau kita cegah tapi kalau pemikirannya salah maka akan salah. So mamak tak pernah menerapkan aturan yang keras, paling hanya bilang pacaran boleh saat SMA, begitu daftar masuk SMA meski belum tahu lulus apa nggak langsung diijinkan berpacaran hehehe atau tentang belajar nngga pernah ada keharusan, mamak hanya meminta hasil akhir lengkap dengan rewardnya, so kami anak-anaklah yang berjuang mendapatkannya, tapi adikku IQ nya ga bagus tetap dapat hadiah karena mamak memasang kriteria itu sesuai kemampuan anak-anaknya.
Nah, mau cerita nih tentang usia berapa aku ke bioskop, yah itu kejadian juga karena menemani mamak, awalnya ga paham sih tapi seiring bertambah usia akhirnya mengerti bahwa gedung besar dan gelap itu adalah tempat menonton. Papa itu dulu sibuk banget ketemu di pagi hari saja rasanya, pulangnya malam terus, jadi mamak yang IRT diberi 'me time' untuk menonton film, yah tahun 80an dikampung belum kenalan sama yang namanya video.
Aku ga ingat judul fimnya tapi saat itu aku baru mau TK, nah dulu itu di bioskop yang diputar kebanyakan film India, dan pemeran utama yang aku kenal adalah Mithun, pokoknya setiap film baru main dan ketika si jagoan hadir settingan nya selalu saja yang muncul dilayar sepatu putih dahulu, perlahan naik keatas dan terlihatlah wajah sang jagoan, serempak riuh tepuk tangan penonton, disitu aku paham "ohh ini toh orang yang ditunggu-tunggu", dan memori sebuah jalan cerita baru bisa aku ingat sejak film Mithun yang berjudul "Disco Dancer", sampai sekarang aku masih suka melantunkan lagu-lagu yang ada dalam film itu, salah satunya jimmy..jimmy hehe. Pokoknya seminggu bisa 3 kali masuk bioskop dan diantara saudaraku memang aku yang kerap diajak mamak, pernah lagi menonton yang tokoh wanitanya bernama Sri Devi, nah ini film berjudul Nagina, tentang ular yang bisa menjelma manusia, sepertinya ada sampai beberapa sequel deh, dan tahun 80 menjelang 90 barulah bioskop mulai hadir dengan film-film Indonesia inget banget tuh sampai ngantri buat nonton Ari Anggara, based on true story jadilah untuk satu fiom ini mamak mengajak aku sampai 2x masuk bioskop dan sampai sekarang kesedihan menonton film ini sama saja dengan saat aku masih kecil hehe, dasar si mellow !
Kebiasaan ke bioskop ini membuat aku semakin menjadi, saat SD setelah kami pindah lagi ke kota lain (kota yang masih nuansa kampung hehe) kebetulan rumah kami berjarak sangat dekat dengan Bioskop, dan tetangga kami adalah pemilik Bioskop, jadi untuk masuk menonton sering banget gratis, waktu itu bioskop lagi trend dengan satu karcis dua film hahaha jadi seharian lah di dalam bioskop, film-film Boboho, kungfu-kungfu, klosal semua aku nikmati di dalam Bioskop, sampai suatu ketika Papa pulang cepat dan mendapati rumah sepi dari anak-anaknya, dan tahu apa ? Papa menggedor bioskop berteriak memanggil nama kami, kami saling tatap dan minta penjaga bioskop menyembunyikan kami hahaha sampai akhirnya kami berhasil lolos dari pintu belakang, kami lariii terbirit menaiki rumah kami dan menuju tempat persembunyian kami, fiiuh besok paginya Papa menghukum dengan tidak memberikan permen cocorico kesukaan kami yang selalu dibawanya setiap malam dan di pagi hari di meja makan memang kami tak melihat permen itu di samping piring kami hiikss Papa Ngamukk !
Sejak saat itu dilarang lah kami ke Bioskop hehe, dampak ke Bioskop menurutku ga begitu besar sih, meski aku menonton film yang untuk dewasa ya saat itu memang belum paham jadi aku hanya menikmati bagian yang bisa aku nikmati, namun begitu umur ku bertambah ternyata semua adegan dewasa yang aku tonton itu tersimpan rapi di memori ku sehingga ketika aku mulai puber wahh semua memori itu keluar, aku seolah memahami bahwa film itu erotis ya, rupanya dulu itu adegan merangsang ya..ehemmm, beruntung mamak itu membekali kami dengan ilmu agam yang cukup so aku bisa mengontrol diriku, sehingga aku paham bahwa itu adalah tontonan yang tak layak, dan dulu tak seperti sekarang dimana semua informasi bisa dengan mudah dinikmati baik secara lisan, tulisan bahkan visual.
Dan begitu aku kuliah mamak juga memberi jatah uang jajan untuk menonton, untung bioskop saat itu mengadakan promo Nomat "nonton hemat' yah amanlah untuk ukuran dompet anak kuliahan.
So saranku sih kalau mau ajak anak-anak nonton ke bioskop usahakan film sesuai tema usia mereka, kalau moms and paps kebelet pengen nonton film sebaiknya anak-anak dititip saja memang efeknya tak tampak secara jelas saat ini, hanya saja ketika beranjak puber maka seperti aku semuanya hadir kembali dan justru bisa memahami bahwa itu adegan dewasa yang membuat gairah ! Untung dulu juga film adegan-adegan heroik itu masih jarang, kalau ngga mungkin aku sudah mencoba-mencoba...
Aku sendiri sampai sekarang suka menonton, dan pernah membawa anak-anak tapi aku pilih jam nonton yang bersamaan dengan jam tidur siang anak, begitu masuk bioskop film belum mulai anak sudah tertidur, jangan lupa telinganya tutup dengan penutup telinga anak yang untuk terbang hihi atau gunakan kapas juga bisa meredam hehe
Mamak sendiri mulai jarang masuk bioskop ketika sudah kenalan dengan parabola, video dan laser disc hehehe, tapi virus menonton ke bioskop yang hadir di diriku tak bisa dicegah nya hehe
Nah kamu boleh donk sharing, kapan pertama kali ke bioskop, sama siapa hehe
5 Komentar
Salam kenal mba..tulisan menarik dan bermanfaat...mohong dukungan dengan bertandang dan sediit berkomentar pada tulisan saya ini http://charlesemanueld.blogspot.co.id/2017/02/proyek-sejuta-rumah-dalam-genggaman.html
BalasHapusMamakmu asik ya, mau lah aku dikasih tunjangan nonton juga hahaha. Aku jadi bayangin suasana nonton film tahun 80an itu kayak di deskripsi novelnya Andrea Hirata gitu, deh. Dan soal Nagin aku pernah ikutin serialnya di tv. Nyeremin dan lumayan meneror pas nontonnya juga.
BalasHapushehehhe...mmg seram tp pas anak ya bingung ini apaan sih
Hapuspertama kali masuk bioskop kopdar sama temen blogger multiply, tahun kapan lupa hahaha sekitar 2010 kayaknya. waktu itu tiketnya dibayarin, trus abis itu makan di rumah makan gantian aku yang bayarin
BalasHapusJadi inget kali pertama masuk bioskop usia 4 tahunan dan film yang ditonton adalah warkop DKI hahaha..
BalasHapusbtw iya yak dlu Mithun cakarroti *aku suka plesetin gitu* sama Sri devi adlh tokoh India yg sll dinanti :D bener bgt mba suka sepatunya dlu wkwkwk jd ngakak sendiri.
Dan permen cocorico ampun itu permen yg jg sll aku nanti klo bapak plg kerja :D keknya kita melewati masa yg sama mba :D
Komen ya biar aku tahu kamu mampir