Boleh Sih Ajak Balita Ke Mesjid, Asal .... ?
Beranda facebook selalu ramai ketika Ramadan, status pro kontra twntang warteg yang buka di siang hari, suasana berbuka atau keluhan tentang shalat tarawih yang terganggu karena kehadiran anak-anak.
Terkait poin terakhir yaitu anak-anak yang meramaikan mesjid dan sebagian terganggu karenanya, aku pribadi mempunyai pandangan akan hal ini. Pengalaman sejauh ini adalah guru terbaik bagiku untuk menjalani hidup dan role mode aku adalah Mamak Papa.
Mamak selalu stay di rumah, melakukan shalat tarawih, shalat ied di rumah bersama anak-anaknya yang balita. Pun ketika aku merengek ikut tante untuk shalat ke mesjid, mamak akan bilang "sudah jangan ikut, shalat sama mamak di rumah" alasan yang dikemukakan mamak adalah "berdosa kalau mengganggu orang shalat". Seiring waktu aku memahami ternyata salah satu syarat sah nya shalat adalah barisan shaf yang lurus dan rapat, tahukan jaraknya rapat seperti apa ? Mata kaki kita bersentuhan dengan mata kaki jamaah shalat sebelah kita.
Ketika aku single, dalam perantauan beberapa masa melewati tarawih berjamaah dan yes, jujur aku terganggu dengan keberadaan anak-anak. Anak-anak disini adalah balita dan akupun paham kenapa dulu mamak memilih tak mengajak kami ke mesjid. Balita ini ada yang manut dengan ibu/ayah nya namun banyak yang tidak. Mereka berguling, merengek, tertawa dan sering berlarian menyela barisan yang membuat kita mengubah posisi barisan. Tak jarang aku harus menghela nafas, mengulang bacaan dan untung tak sampai mendelikkan mata kehdapan anak-anak itu. Intinya aku tidak khusyuk, aku tak marah juga karena tahu bahwa memang balita begitu, aku tak menegur juga karena aku tahu ayah/ibu sedang mengajarkan anak-anak mereka untuk mencintai masjid.
Ketika aku memiliki anak, aku masih berusaha untuk mempunyai keyakinan bahwa anak-anakku bisa berbeda dengan balita lain, and then aku mencoba membawa mereka, satu titip papi nya, satu ikut bersamaku. Yang terjadi kedua anak ini saling mencari dan berteriak, fiuuhh. Lalu sampai di rumah keduanya dinasehati bahwa di dalam mesjid tidak boleh ribut, tatapan kedua mata balita ini seolah menyesali kelakuan mereka "iya mami, aku gak libut lagi". Sebagai emak merasa berhasil menasehati, tapi emak lupa bahwa mereka balita yang belum paham apa itu komitmen. So next time aku coba membawa kedua nya dan hasilnya lebih parah, bukan hanya ribut tapi mereka bermain bersama, tertawa bersama dan bahagia banget. Kok aku tahu ? Lah itu aku ga bisa khusyuk, malah sibuk mengawasi mereka dengan mataku, tak jarang ingin melangkah melerai mereka. Wes sejak itu kapok dan aku percaya bahwa memang belum saatnya aku mengajak mereka ke masjid. Selain telah mengganggu orang banyak, bahkan akupun tak mendapatkan apa-apa selama shalat.
Mungkin sebagai orang tua niat kita adalah mengenalkan rumah ibadah sedari dini, tapi harus diingat bahwa banyak orang ingin 'menemui' tuhan nya dengan segala kekhusuyukan, banyak orang yang mencari kedamaian di rumah tuhan, dan hanya karena tak sabar dengan waktu maka kita lewat anak-anak itu tanpa sengaja merusak kekhusyukan itu.
Nah, moms or paps boleh-boleh saja membawa balita ke masjid asal sudah memastikan dulu beberapa hal berikut :
1. Usia Anak
Memang tak ada sih syarat masuk masjid anak harus usia sekian, tapi buatku pribadi bahwa Islam sudah memberikan tatanan nya, anak baru kita berikan hukuman bila tidak melaksanakan shalat disaat usia 7 tahun. So usia balita masih jauh dari pemahaman bahwa di dalam masjid tidak boleh ribut, bahwa masjid adalah rumah ibadah. Anak ku masih berusia 2 dan 4 tahun dan bagi mereka apapun iming-iming atau ancaman yang aku buat tampaknya tidak berpengaruh. Karenanya coba ajak anak ke mesjid ketika dia berusia lewat dari 5 tahun.
2. Komunikasi
Terkadang meski anak masih usia balita, selalu ada anak yang paham komunikasi dua arah, ada anak yang bisa paham bahwa orang tuanya marah bila dia melakukan hal yang tak disenanginya, bisa jadi boleh kita ajak. Karena selalu ada kok anak yang baik budi untuk duduk tenang selama orang tuanya shalat. Nah kalau moms and paps yakin anak nya bisa paham maka silahkan diajak ya.
3. Mengenalkan Masjid bisa kapan saja
Mungkin karena momen Ramadan, sehingga membawa kita mempunyai keinginan untuk melakukan shalat berjamaah sebab pahala yang berlipat ganda. Tapi jangan egois, meski suara gaduh anak-anak ada yang meyakini tidak merusak shalat kita namun yakinlah ada ketidaknyamanan dihati jamaah lain, mereka hanya bertoleransi saja. Kenalkan masjid kepada anak di waktu shalat lainnya, aku selalu memaksa suami ketika kami libur, di waktu zuhur dan ashar agar membawa anak-anak kami, karena biasanya isi mesjid sepi, sehingga diharapkan bila mereka gaduh maka yang terganggu hanya sedikit. Faktanya tak jarang belum mulai shalat anak-anakku akhirnya dipulangkan papi nya, karena sudah bermain kesana kemari. Atleast mereka jadi bertanya "kenapa aku gak boleh ikut?". Disinilah moms menjelaskan bahwa masjid adalah rumah ibadah, kita wajib mencintainya dengan cara yang baik. Boleh ke mesjid tapi bukan untuk bermain, so kalau mau ikut harus sholat bukan bermain. Semoga semakin sering nasehat ini mereka dengar semakin mereka sadar bahwa masjid adalah rumah ibadah.
4. Orang Dewasa dan Berakal
Rasul pernah bilang bahwa orang yang berada dibelakangnya ketika shalat adalah orang dewasa dan berakal. Artinya selama masih anak-anak maka ketika mereka membuat gaduh itu bukan masalah, sekali lagi meski tak masalah, apakah kita boleh membuat orang lain menjadi tak nyaman ?
5. Carilah Masjid yang Ramah Anak
Nyatanya ada masjid-masjid yang peduli terhadap usaha moms and paps untuk mengajarkan anak-anak cinta masjid, masjid seperti ini biasanya memiliki remaja masjid yang mau mengurus anak-anak. Jadi ada masjid yang memisahkan wilayah sholat anak dan orang tua. Anak-anak akan diawasi para remaja masjid, sehingga ketika mereka shalat dan mulai bermain akan ada kakak-kakak yang mengawasi dan membuat mereka tertib, nah moms and paps juga bisa tenang selama melaksanakan shalat , ya kan ?
Ok moms and paps, itu dia 5 hal yang harus kita pelajari ya, bila semuanya OK maka anak sudah siap kita ajak ke masjid ya..
12 Komentar
Alhamdulillah aku selalu menemukan masjid yang ramah anak, mba. Jadi kita semakin mengenalkan islam kepada anak ya mba :)
BalasHapusiya, karena kalo gak ada yg khusus anak ntr malah jd ribut yg ada hehhe
Hapusapa yang dikemukakan Mami Uli ini benar sekali. Satu dua kali saya mengalami hal tersebut. Konsentrasi agak terganggu karena ada anak yang menangis atau bahkan sliwar-sliwer lari-larian
BalasHapusTapi upaya mencari masjid yang ramah anak ini rasanya patut dipertimbangkan
Salam saya
terima kasih om
HapusAnakku juga masih sering rame kalo jamaah di musholla. Mau dilarang ikut juga dia pasti tambah rewel, secara teman-teman seusianya banyak yang ikut juga jamaah di masjid :(
BalasHapusmudah2an semakin paham ya mbk aamiin
HapusWaktu anak-abak masih kecil sih mereka suka rame kalau dibawa sholat di Mesjid tapi ya namanya anak-anak kadang ga enak juga dg yang lain.Nah sekarang anak-anak udah mulai ngerti dan paham kalau di mesjid ga boleh berisik hehe.
BalasHapusiya seiring bertambah usia ya mel
Hapusmasalahnya blm banyak masjid yang ramah anak ya mba Ul. Bahkan dekat rumahku sekali pun, pernah bbrp kali anakku main di sana dan dimarahi oleh bapak2 dng cukup kasar. Duh pengen banget deh mulai mensosialisasikan ke org2 bahwa mesjid punya siapa saja dan sebaliknya mensosialisasikan kpn orangtua yang pny anak untuk lbh menjaga anaknya dan mengajarkan mreka ttg cara behave di mesjid :)
BalasHapusiya, mudah2an ttp kondusif ya meski harus mengajak anak
HapusAlhamdulillah anak2 masih bisa diatur ketika ikut ke masjid. Semoga tidak ada pengurus masjid yang melarang anak2 untuk ikut datang ke masjid :)
BalasHapussetuju dengan poin-poin di atas. Boleh-boleh aja membawa balita ke masjid. Tapi juga orang tua jangan lepas tangan. Suka menemukan kejadian, anaknya dibiarkan berlari-larian ke sana kemari akhirnya mengganggu konsentrasi. Biar bagaimana yang tau kondisi anak-anak adalah orang tuanya sendiri
BalasHapusKomen ya biar aku tahu kamu mampir