Aku Lebih Memilih Ilmu Parenting Zaman Old
Mau tak mau aku memang membaca setiap apapun yang di sharing
di sosial media, tapi enggak semua aku telan mentah-mentah, kenapa ? Karena si
penulis tentu menuliskan dengan pengalamannya atau minimal tulisannya lahir
karena lingkungannya, karena kondisi ekonomi nya bukan kondisi pembaca nya. That’s
why tugas ku hanya membaca, lihat ke dalam diri apakah sesuai ? Bila tidak cukup
sebagai penambah wawasan saja.
Aku pribadi mengasuh dengan pola kuno, Zaman Old katanya.
Ketika aku marah ya sudah marah,ketika aku harus memuji ya aku lakukan, ketika
harus melarang dengan sejuta kata tidak ya aku ucapkan, jangan begini, tidak
boleh begitu, bisa kan di ubah ke kalimat positif ? Untuk apa ? Intonasi nya saja
diubah ucapkan dengan tegas tanpa emosi, mengubah kalimat bisa mengubah makna,
itu menurutku.
Keadaan Zaman memang berubah, teknologi mengatur sebagian
sikap ku. Bahkan teknologi yang menurutku membuat kita menjadi begitu sibuk,
dulu Ibu-Ibu punya anak banyak, menanak nasi bahkan menggunakan tungku yang
harus menunggu kayu menjadi bara barulah nasi masak, tapi mereka berjalan sama
dengan kehidupan yang ku yang sekarang, masak nasi dengan listrik dan bahkan
aku terkadang masih terburu-buru. Teknologi membuat waktu berjalan dengan
cepat, ini pendapatku.
Aku tak menutup diri dengan metode parenting yang hadir saat
ini bahkan aku beberapa kali mengikuti seminar nya. Ada beberapa manfaat yang
bisa aku kutip namun selama mendengar para ahli hati ku berbisik “ya iya lah
lu bisa begitu, lah kemana-mana naik kendaraan pribadi, belanja di mall yang
bagus so kalo pun anak guling-guling stay cool”. Lah aku ? Belanja ke pasar yang
becek, nunjuk sendiri, buka dompet sendiri, giliran anak merengek sementara
ditangan sudah banyak belanjaan, kondisi pasar yang padat, anak ku mau coba
guling-guling ? Enggak bisa mom ! Yang ada aku segera menggendong nya,
menitipkan belanjaan dan membujuk nya, apa yang mau dia beli belikan lah, yang
penting selesai perkara dulu, bisa bawa belanjaan untuk makan seminggu ke depan
ke rumah itu poin nya.
In my opinion, aku adalah produk didikan zaman old, yang
pernah di puji diberi reward, bahkan ancaman di usir pun pernah. Stress kah ? No!
Karena metode parenting zaman old itu tarik ulur, kata mamak seperti bermain
layang-layang, kadang di tarik sangat kencang dan sering banget di lepas sampai
tinggi untuk kemudian ditarik kencang lagi, so aku enggak bisa membenci
sepenuhnya atas sikap orang tua ku tadi. Bahkan aku merasa sukses saat ini
menjalani hidup yang sebagian orang bilang keras dengan baik. Andai benar putus
semua syaraf ketika di bentak dulu apa iya aku masih bisa bertahan menyiasati
hidup sampai saat ini ?
Salahkah parenting zaman now ? Ehm, agak susah menjawabnya
karena teori itu banyak datang dari luar dan hanya diadopsi sedikit di negara
kita. Secara panganan saja kita sudah beda, lah energi gandum sama beras pulen
kita ya joss-an kita toh hehe. Dan ilmu ini disampaikan orang-orang yang
menurut pandangan mata ku, adalah orang yang sukses, bisa sekolah ke luar
negeri dan kehidupannya memang layak, yah kalao mereka membandingkan gaya nya
dengan gaya ku yah jelas beda.
Ini hanya pandangan pribadi kenapa aku tidak menerapkan ilmu
parenting zaman now, yang terpenting bagi ku adalah bagaimana sebagai orang tua
kita bisa bertanggungjawab sepenuh nya kepada anak-anak kita, baik buruknya mereka
please kita bercermin terlebih dahulu, jangan kebawa emosi untuk menertibkan
anak-anak. Meski anak-anakku masih balita namun dalam beberapa hal aku
menemukan kesalahan yang mereka lakukan adalah hal yang aku pernah lakukan
juga. Biasanya aku akan menarik nafas dahulu supaya bisa mengontrol emosi ku,
karena menurut pengalaman ku, sesal kemudian tak ada guna nya. So persiapkan
mental kita sebagai orang tua sehingga anak-anak nyaman bersama kita.
Belajar dari masa lalu ku, maka aku tak ingin mendelik kan mata supaya anak takut, cukup aku tegaskan suaraku untuk membuatnya paham bahwa aku tak ingin dia berbuat hal yang tak aku suka, tentunya dengan alasan yang jelas, aku tak perlu marah ketika anak merusak sesuatu seperti handphone jatuh, yah jelas itu salah ku, ngapain juga kasih tangan mungil anak kita dengan gadget yang kadang ditangan kita pun masih ke pleset, atau misal dia ngompol enggak perlu marah, ajak dia ke kamar mandi lalu ajak dia untuk komitmen kembali. Untuk sesuatu yang sudah terlanjur rusak memang dari dulu aku enggak suka marah, seperti ketika tukang setrika laporan jilbab ku gosong, ya sudahlah its OK toh dalam 4 tahun bersama baru sekali itu salah, lagian kalopun marah apa iya jilbabnya jadi baru, yah something like that yang ada di kepala ku.
Tak marah bukan berarti tak mengarah kan ya. Menjadi orang tua itu memang tak mudah, dan teruslah berbenah diri dan menambah wawasan.
Belajar dari masa lalu ku, maka aku tak ingin mendelik kan mata supaya anak takut, cukup aku tegaskan suaraku untuk membuatnya paham bahwa aku tak ingin dia berbuat hal yang tak aku suka, tentunya dengan alasan yang jelas, aku tak perlu marah ketika anak merusak sesuatu seperti handphone jatuh, yah jelas itu salah ku, ngapain juga kasih tangan mungil anak kita dengan gadget yang kadang ditangan kita pun masih ke pleset, atau misal dia ngompol enggak perlu marah, ajak dia ke kamar mandi lalu ajak dia untuk komitmen kembali. Untuk sesuatu yang sudah terlanjur rusak memang dari dulu aku enggak suka marah, seperti ketika tukang setrika laporan jilbab ku gosong, ya sudahlah its OK toh dalam 4 tahun bersama baru sekali itu salah, lagian kalopun marah apa iya jilbabnya jadi baru, yah something like that yang ada di kepala ku.
Tak marah bukan berarti tak mengarah kan ya. Menjadi orang tua itu memang tak mudah, dan teruslah berbenah diri dan menambah wawasan.
6 Komentar
Setuju aku pun masih suka membentak Bilqis, masih belajar cara mengendalikan emosi . Maklum dulu di didik dengan gaya militer wkwkwk
BalasHapusheheh nambah umur biasonyo ilang juga emosi kito hehe
HapusSaya juga mendidik anak dengan cara2 jaman old😂 soalnya dulu jaman anak2 saya masih kecil saya kurang akses utk bisa mendapatkan ilmu2 parenting jaman now. Yasud saya mendidik anak2 saya seperti saya dulu dididik oleh ortu saya hehe... dan alhamdulillah sih sampai sekarang semua baik2 saja
BalasHapusMenjadi orang tua memang proses belajar seumur hidup yang nggak akan pernah selesai.
BalasHapusNice share Bun :)
Kalau saya bisa dibilang setengah-setengah Mbak. Tergantung situasi dan kondisi, duh gak konsisten banget saya nih. Intinya, saya memadukan keduanya. ada kalanya parenting zaman old itu lebih masuk. Tapi jika kondisi memungkinkan, saya pun tak segan menerapkan parenting zaman now. Tapi saya pastikan bukan untuk case yang sama.
BalasHapusjadi orangtua itu ga mudah, setuju. kadang bingung sebenarnya harus bersikap gimana jadi orangtua. marah, merasa bersalah. ga marah, anak harus didisiplinkan. harus ingat tugas aja sbg orangtua sbg pegangan, supaya anak jd soleh dan solehah.
BalasHapusKomen ya biar aku tahu kamu mampir