Saya adalah Ibu muda yah meski usia sudah tidak muda hehe. Menikah di usia 33 tahun dan memiliki anak diusia 34 tahun membuat saya siap lahir batin ketika menjadi seorang Ibu. Sejak hari pertama memiliki anak tak sedikitpun saya grogi, bisa jadi karena saya terbiasa mengurus adik dan ponakan. Alhamdulillah kebahagiaan seorang Ibu sederhana banget gaes, bisa lihat anaknya sehat, tumbuh sesuai usianya sudah mampu membuat saya sebagai Ibu bahagia. Dan enggak lama setelah memiliki anak tepatnya 19 bulan kemudian saya memiliki anak kedua, yah kalau anak pertama saja saya mampu apalagi anak kedua ya kan ?
Satu tahun usia anak pertama saya dan semuanya berjalan sempurna, bahkan si nomor dua dalam usia satu tahun sudah banyak mengeluarkan kosa kata, dan sudah mampu berjalan. Hingga suatu hari anak kedua saya harus mendapat perawatan dikarenakan pneumonia, dia terinfeksi bakteri dan hal ini tidak membuat saya panik karena saya sudah melakukan perawatan kepada anak saya. Lalu memasuki usia dua tahun setiap konsultasi ke Dokter saya merasa curiga kenapa sih berat badannya susah naik ? Setiap konsultasi saya mohon agar anak saya diperiksa menyeluruh supaya saya tahu kenapa sih berat badannya susah naik ? Tetapi Dokter selalu menguatkan saya 'enggak usah worry lah mom, toh anaknya sehat, perkembanganya bagus, sudah bisa bicara, berjalan, interaksi bagus'. Di lingkungan keluarga juga begitu 'sudahlah enggak usah lebay, toh ayahnya memang badannya kecil, enggak semua anak harus gemuk'. Well akhirnya saya merasa baik-baik saja, dan merasa memang tidak perlu khawatir.
Selain bekerja saya juga punya hobi menulis, orang bilang saya itu blogger dan disela kesibukan pekerjaan, saya selalu tertarik menghadiri seminar kesehatan dan parenting. Kementerian Kesehatan beberapa kali mengajak blogger untuk membantu sampainya sosialisasi beberapa program kerja Kemenkes ke masyarakat, dan istilah Stunting mulai akrab di telinga saya dan saya masih merasa bahwa anakku yang mungil itu bukan karena stunting. Puncaknya adalah ketika saya dan 19 orang blogger terpilih menjadi peserta sebuah Academy Blogger dengan tema kesehatan. Dan salah satu pemateri pagi itu adalah Dr. dr. Damayanti R Sjarif, Sp. A(K). Beliau adalah Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi dan Penyakit Langka. Sama seperti pemerintah beliaupun memberikan materi tentang Stunting, karena memang stunting ini sedang menjadi perhatian WHO, apalagi di Indonesia diperkiran hampir 30% anak-anak di Indonesia menderita stunting. Penyampaian beliau sangat detail dengan berbagai indikator nasional maupun Internasional dan sepanjang beliau memaparkan fakta stunting, dampaknya dan efek jangka panjangnya kepala saya berputar, saya rasa ini adalah semua kekhawatiran saya selama ini terhadap anak nomor dua saya. Si mungilku ini bisa jadi adalah anak penderita stunting. Tapi hatiku menolak karena aku merasa sudah berhasil pada anak pertama, semua perlakuan pemberian nutrisi aku lakukan sama. Di akhir sesi aku meminta waktu Dr. dr Damayanti dan lucky me beliau tidak keberatan, setelah mendengar curhat saya beliau langsung memetakan kondisi anak keduaku di sebuah grafik, tatapan matanya serius 'tolong bawa anaknya, suami dan temui saya di RSCM', deg! Something wrong ?
Satu tahun usia anak pertama saya dan semuanya berjalan sempurna, bahkan si nomor dua dalam usia satu tahun sudah banyak mengeluarkan kosa kata, dan sudah mampu berjalan. Hingga suatu hari anak kedua saya harus mendapat perawatan dikarenakan pneumonia, dia terinfeksi bakteri dan hal ini tidak membuat saya panik karena saya sudah melakukan perawatan kepada anak saya. Lalu memasuki usia dua tahun setiap konsultasi ke Dokter saya merasa curiga kenapa sih berat badannya susah naik ? Setiap konsultasi saya mohon agar anak saya diperiksa menyeluruh supaya saya tahu kenapa sih berat badannya susah naik ? Tetapi Dokter selalu menguatkan saya 'enggak usah worry lah mom, toh anaknya sehat, perkembanganya bagus, sudah bisa bicara, berjalan, interaksi bagus'. Di lingkungan keluarga juga begitu 'sudahlah enggak usah lebay, toh ayahnya memang badannya kecil, enggak semua anak harus gemuk'. Well akhirnya saya merasa baik-baik saja, dan merasa memang tidak perlu khawatir.
Pencegahan Stunting |
Selain bekerja saya juga punya hobi menulis, orang bilang saya itu blogger dan disela kesibukan pekerjaan, saya selalu tertarik menghadiri seminar kesehatan dan parenting. Kementerian Kesehatan beberapa kali mengajak blogger untuk membantu sampainya sosialisasi beberapa program kerja Kemenkes ke masyarakat, dan istilah Stunting mulai akrab di telinga saya dan saya masih merasa bahwa anakku yang mungil itu bukan karena stunting. Puncaknya adalah ketika saya dan 19 orang blogger terpilih menjadi peserta sebuah Academy Blogger dengan tema kesehatan. Dan salah satu pemateri pagi itu adalah Dr. dr. Damayanti R Sjarif, Sp. A(K). Beliau adalah Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi dan Penyakit Langka. Sama seperti pemerintah beliaupun memberikan materi tentang Stunting, karena memang stunting ini sedang menjadi perhatian WHO, apalagi di Indonesia diperkiran hampir 30% anak-anak di Indonesia menderita stunting. Penyampaian beliau sangat detail dengan berbagai indikator nasional maupun Internasional dan sepanjang beliau memaparkan fakta stunting, dampaknya dan efek jangka panjangnya kepala saya berputar, saya rasa ini adalah semua kekhawatiran saya selama ini terhadap anak nomor dua saya. Si mungilku ini bisa jadi adalah anak penderita stunting. Tapi hatiku menolak karena aku merasa sudah berhasil pada anak pertama, semua perlakuan pemberian nutrisi aku lakukan sama. Di akhir sesi aku meminta waktu Dr. dr Damayanti dan lucky me beliau tidak keberatan, setelah mendengar curhat saya beliau langsung memetakan kondisi anak keduaku di sebuah grafik, tatapan matanya serius 'tolong bawa anaknya, suami dan temui saya di RSCM', deg! Something wrong ?
Seketika aku menyesali diriku yang mendengarkan ucapan orang 'mungil itu gemas tauk!'. Sebagai blogger yang kerap mendengar tentang Stunting, tiba-tiba saya merasa gagal, pemerintah juga sering banget mengingatkan bahwa di Indonesia angka Stunting ini cukup tinggi (Pada tahun 2013 diperkirakan ada 37,2 persen atau sekitar 9 juta anak menderita stunting, Info Dari Data Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013), tema yang sering saya twitkan adalah salah satu program pemerintah menuju Generasi Emas di tahun 2025 seperti sosialisasi 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) dan Germas (Gerakana Masyarakat Sehat) dimana itu semua adalah dalam upaya mengentaskan kasus Stunting di Indonesia, dan kini anakku dicurigai sebagai salah satu anak penderita stunting, tapi satu hal belum terlambat 'ucap dr Damayanti'.
Mengenal Stunting
Dan setelahnya saya ingat lagi memang dibanding teman seusianya maka Kayama anak keduaku memang memiliki tinggi badan yang lebih pendek dibanding teman-temannya. Sementara itu Stunting memang diartikan sebagai gejala kelainan pada pertumbuhan anak, dimana anak memiliki tubuh yang lebih pendek bila dibandingkan dengan anak-anak seusia nya. Ingin rasanya menyesali diri, tapi suami saya sangat support bahwa dia tahu saya tak pernah tenang selama ini dan saya memang tidak diam, saya merasa pasti ada yang salah, saya pun cukup waspada kalau-kalau anak saya termasuk Stunting. Banyak dokter yang saya datangi untuk berkonsultasi dan hampir semua selalu membuat saya tenang dan hal apa yang bisa saya perbuat bila saya diberi pandangan positif maka yang bisa saya lakukan adalah mengaminkan nya.
Annaku Lebih Pendek Dari Temannya - Pencegahan Stunting |
Dr. Damayanti menjelaskan juga bahwa stunting merupakan bagian dari pendek. Pendek sendiri cakupan nya luas. Stunting adalah pendek yang di derita anak karena malnutrisi. Stunting ini mempunyai dampak yang mengerikan bagi Balita, bukan sekedar fisik yang kecil tapi juga akan mempengaruhi kesehatan dan kecerdasannya bahkan efeknya akan permanen sampai anak mencapai usia dewasa nanti, di usia 40 tahun bisa mengakibatkan penurunan IQ dan menderita berbagai penyakit lainnya. Hal inilah yang membuat saya khawatir, memikirkan efek jangka panjang nya membuat saya menemui Dr Damayanti. Akhirnya saya pun menjadi pasien dr Damayanti selama 6 bulan lamanya, dan saya memperbaiki kesalahan saya dengan berusaha memperbaiki pola makan Kayama, dan 3 bulan setelah berkonsultasi memang terlihat adanya pertambahan berat badan dan tinggi. Dan ternyata penyebab utamanya afalah adanya infeksi menahun dan kurangnya protein hewani. Hal ini disimpulkan setelah melakukan serangkaian pemeriksaan fisik dan tes laboratorium.
Selama berkonsultasi dengan dokter sayapun memahmi bahwa berdasarkan penelitian ada banyak faktor yang bisa menyebabkan Stunting diantaranya Faktor pendidikan Ibu, Ekonomi Keluarga, Sanitasi, Air bersih , adanya Infeksi Penyakit dan Pemberian MPASI yang salah. Secara garis besar ada 4 penyebab stunting pada anak :
- Kurang Gizi/GiziBuruk
- Kurangnya protein hewani dalam asupan kalori
- Adanya infeksi penyakit
- Perubahan Hormon
Dan dari semuanya penyebab utama dari stunting adalah malnutrisi yaitu kekurangan gizi atau gizi buruk. Malnutrisi sendiri sangat rentan terjadi pada anak sejak dalam kandungan (janin) sampai umur dua tahun. Makanya enggak heran saat ini Kemenkes gencar banget melakukan sosialisasi 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK), apa itu 1000 HPK ?
1000 HPK
Adalah 1000 Hari Pertama Kehidupan, artinya nutrisi seorang anak itu harus sudah terjamin sejak dia di dalam Kandungan. Masih banyak yang beranggapan bahwa gizi seorang anak bisa dikejar setelah lahir ke dunia, anggapan seperti ini sangat disayangkan oleh Dr. Damayanti, bahkan kejadian anak lahir dengan berat badan rendah pun masih banyak ditemui di negara kita. Untuk itu penuhi lah gizi janin sejak didalam kandungan sampai nanti anak berusia dua tahun. 1000 HPK itu adalah 270 hari didalam kandungan di tambah dua tahun usia anak (730 hari).
Pertemuan pertama dengan Dr Damayanti akhirnya terlaksana juga dan setelah di lihat di tabel WHO kondisi fisik Kayama saat ini sesuai untuk anak laki-laki usia 1 Tahun 9 Bulan, padahal bulan Desember 2017 Kayama akan berusia 3 tahun (hiks). Dari awal beliau sudah menyuruh agar suami saya juga ikut hadir, hal ini diperlukan untuk mengecek apakah Stunting yang dialami Kayama itu Normal? Dalam artian karena faktor genetik kedua orang tua nya. Ternyata setelah suami dan saya diukur potensi tinggi Kayama ada diatas potensi genetik orang tuanya. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan Kayama tidak tumbuh sesuai usia nya karena adanya kelainan lain bukan karena genetik. Dan kabar baiknya Status Gizi Kayama Cukup, lalu untuk mengetahui lebih detail penyebab stunting pada Kayama kami melakukan beberapa tes laboratorium dan Dr Damayanti juga memberi pola makan yang baik untuk Kayama.
Pengalaman saya mencari tahu penyebab stunting pada anak saya pernah saya tuliskan di Kompasiana dan ternyata lumayan banyak yang ngeshare dan sampai hari ini ada saja yang menghubungi saya untuk menanyakan kondisi anaknya, dan saya bukanlah dokter maka selalu saya sarankan untuk menghubungi dokter untuk mendapatkan keterangan yang benar tentang kondisi anak. Hanya saja saya bisa berbagi pengalaman tentang apa saja yang kami lakukan untuk memastikan kondisi Kayama dan memang banyak tes yang kami lakukan untuk memastikan bahwa itu adalah stunting bukan penyakit lain, dan beberapa tes Lab yang dianjurkan adalah sebagai berikut :
- Age Bone , rontgen tulang bertujuan untuk mengetahui umur tulang. Alhamdulillah umur tulang Kayama adalah 1 Tahun 11 Bulan, padahal usia Kayama saat ini adalah 2 Tahun 11 bulan. Tulang kayama lebih muda dari usianya, berarti Kayama masih mempunyai harapan untuk tumbuh mengejar ketinggalannya. Bila usia tulang nya lebih tua dari usia nya maka tipis harapan kayama akan berkembang normal.
- Kultur Urine, untuk mengetahui apakah ada infeksi dan hasil lab menunjukkan bahwa ada infeksi saluran kemih.
- Faces/Darah Samar, hal ini juga diperlukan untuk mencari tahu jangan-jangan si anak kecil karena cacingan atau alergi terhadap sesuatu, hasilnya alhamdulillah baik nih..legaa deh.
- Tes Darah Lengkap, untuk melihat apakah ada infeksi, hasil Lab Kayama baik
- Tes Darah Tepi, untuk mengetahui apakah ada angka yang menunjukkan gelaja cancer, dan alhamdulillah hasil Kayama baik.
- Tes Ferritin, untuk mengetahui kandungan zat besi. Bila anemia maka bisa merusak metabolisme tubuh, hasil Kayama alhamdulillah baik dan Hb serta zat besinya cukup.
- Tes Free T4 dan TSHs, tes hormon untuk mengecek Tiroid, sebagaimana kita ketahui tiroid juga bisa menyebabkan kondisi yang membuat anak susah makan.
- Periksa Mulut dan Gigi, untuk mengetahui apakah ada gangguan dalam mengunyah makanan. Hasil sementara ini gigi Kayama ada yang bolong dan merupakan salah satu penyebab dia malas mengunyah makanan yang kasar.
Berbagai tes Lab untuk Pencegahan Stunting |
Pertemuan kedua adalah membaca hasil laboratorium dan Dr Damayanti menyimpulkan bahwa saat ini ada infeksi di tubuh kayama, hal ini bisa membuat Kayama memiliki nafsu makan yang jelek, dan dengan Tinggi Badan 85.5 Cm, Berat 10.4 Kg, Lingkar Kepala 47 cm maka Kayama dikategorikan Stunting dengan status Gizi Cukup dan masih memiliki harapan untuk bisa diperbaiki. Dan berat badan kayama naik 3 Ons loh menjadi 10.7 Kg, ini karena pola makan nya diubah sesuai arahan dari Dr Damayanti, alhamdulillah.
Waspadai Stunting Menyasar Masyarakat Kelas Menengah.
Ketika saya berkunjung ke RSCM Kencana dimana ini adalah rumah sakit yang lumayan bayarannya (bagi saya) ternyata bukan hanya Kayama ada anak lain yang persis seperti Kayama, dan maaf mereka juga bukan orang miskin yah minimal sama seperti saya yang masih di mampu kan untuk membawa anak berkonsultasi dengan ahli nutrisi. Saya tertegun, ya Tuhan ternyata stunting ini bukan karena miskin dong ya ? Soalnya banyak artikel yang bilang kalau kasus stunting memang tinggi di negara berkembang/miskin. Tapi sepertinya saat ini sudah terjadi pergeseran pola hidup yang bisa membuat anak-anak dari golongan mengah ke atas pun menderita stunting bukan karena ketiadaan uang membeli makanan melainkan ketidakpahaman dalam memberikan pola makan yang baik. Seharus mulai berhati-hati nih mom's!. Kenapa ? Yah meski saya bukan orang kaya tapi saya tidak miskin. Selama ini saya merasa sudah memberikan makanan terbaik untuk anak, pendapatan saya dan suami mampu memberikan mereka snack yang baik. Lalu kenapa Kayama masih pendek/Stunting ? Lantas apa donk sebabnya dok ? Tanya saya heran. Artinya sudah seperti stroke dong dok ? Enggak pandang status sosial lagi , bisa menyerang siapa saja.
Peranan sosial media juga ada loh, bayangkan berapa banyak Ibu-ibu yang meniru pola MPASI selebgram ? Syaa mungkin salaj satu korbannya hehe, Sok meniru gaya barat padahal enggak punya dasar. Di Barat orang jelas enggak bisa konsumsi rempah, gula dan garam dalam jumlah banyak karena mahal kan ? Makanya mereka memberikan makanan ke anak minim bumbu dan lebih banyak memberi serat seperti Puree untuk MPASI bayi nya, Lah di Negara kita kaya akan rempah, harga terjangkau namun masyarakat kita justru suka nya meniru apa yang sedang tren di negara lain alhasil generasi sekarang banyak yang status gizi nya buruk bukan karena tak mampu tapi karena salah kaprah".
Stunting selain karena penyakit kesalahan terbesar yang menyebabkan Stunting adalah Pola Konsumsi pangan. Bayi membutuhkan MPASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) sejak berusia 6 bulan, dan nilai protein di dalam Asi jelas sudah tidak cukup lagi bagi bayi berusia 6 bulan karenanya dibutuhkan MPASI. Saat ini pola MPASI bayi sudah berubah, minimnya pengetahuan Ibu dan rendahnya literasi membuat Ibu-Ibu modern saat ini latah mengikuti trend gaya orang luar. Alhasil banyak yang memulai MPASI dengan menu hanya buah dan sayur saja, sekedar mengikuti trend, padahal untuk tumbuh bayi sangat membutuhkan protein hewani.
Dengan tulisan ini saya ingin mengajak pembaca khususnya Ibu dan Ayah, ayo kita waspada terhadap stunting cegah sejak dini, dengan hal-hal sederhana yang bisa kita lakukan seperti :
- Ukur bayi sejak lahir secara rutin : Berat Badan, Tinggi Badan dan Lingkar Kepala
- Plot Ukuran Bayi kedalam Grafik WHO, bila ada dibawah standard WHO maka langsung berkonsultasi ke Dokter Spesialis anak
- Berikan MPASI yang Benar, cukup nilai gizi nya Karbohidrat, lemak, protein dan mineral untuk setiap sesi makannya harus ada.
- Berikan Menu Keluarga sebagai Menu MPASI
Kita harus peduli supaya stunting bisa hilang dari Indonesia, terbukti saat ini stunting bukan hanya menyasar si miskin, melainkan sudah menyasar kelas menengah. Disaat bersamaan saya bertemu Bunda Zafran, anak berusia 3 tahun juga, kasusnya berbeda dengan Kayama, anaknya kecil, belum bisa bicara dan kemungkinan ini juga pengaruh dari stunting. Stunting kebanyakan karena status gizi buruk dan efek jangka pendeknya membuat anak tidak cerdas, efek jangka panjang sampai dewasa membuat penurunan IQ sebesar 45%. Zafran pun bukan keluarga miskin hanya saja kami sebagai orang tua tidak mengetahui bahwa kami sudah salah dalam memberikan nutris anak.
Atur Pola Makan Anak
Perbaikan pola makan pada anak kami terpaksa kami perbaiki supaya bisa mengejar ketertinggalannya dan apa yang saya tuliskan ini adalah atas kondisi anak kami :
Pukul 06.00 Wib : Minum Susu
Pukul 08.00 Wib : Sarapan
Pukul 10.00 Wib : Snack
Pukul 12.00 Wib : Lunch
Pukul 14.00 Wib : Minum Susu
Pukul 16.00 Wib : Snack
Pukul 18.00 Wib : Dinner
Pukul 20.00 Wib : Susu dan Tidur
Konsumsi susu dalam 24 jam maksimal 600 ml, kemudian disetiap snack dan makan berat harus selalu ada Karbohidrat, lemak, protein dan Mineral. Misal ingin memberi snack buah pisang maka beri dengan es krim, atau biskuit coklat berikan keju hal ini akan membuat gizi anak tercukupi. Dan memberi makan anak hanya boleh maksimal 30 menit lamanya, lebih dari itu stop. Hal ini untuk mendisiplinkan anak, kalau kita turuti sampai dia selesai maka sudah tidak efektif, ada baiknya bersikap tegas bahwa waktu makan hanya 30 menit sehingga anak akan terbiasa menghabiskan makanannya dalam waktu 30 menit. Jumlah jam tidur juga mempengaruhi pertumbuhan anak, usahakan tidur anak nyenyak sehingga hormon pertumbuhan bisa berjalan dengan baik. Hormon pertumbuhan itu bekerja di saat anak tidur nyenyak yaitu antara pukul 23.00 wib -- 01.00 wib.
Terima kasih kepada kementerian kesehatan yang membuat lomba ini karena sekali lagi saya punya kesempatan untuk berbagi pengalaman saya dan harapan saya dengan artikel ini bisa membantu pemerintah untuk mengajak pembaca lebih peduli terhadap kesehatan anak, dan bisa membantu pemerintah untuk menyebarkan informasi Stunting, dan harapannya Pencegahan stunting terus dijalankan untuk menuju Indonesia Sehat.
Terima Kasih !
3 Komentar
Ga banyak orang yang aware soal stunting. Kebanyakan kira memang sudah "nasibnya" tumbuh lebih pendek dari yang lain.
BalasHapusMemang harus lebih aware lagi masalah stunting ini apalagi buat aku yang lagi hamil, informasinya lengkap mak, makasih
BalasHapusAku kadang pilih-pilih makanan waktu lagi hamil dan maunya jungfood mulu
BalasHapusKomen ya biar aku tahu kamu mampir