Naudzubillahi min dzalik,
Allah adalah tempat berlindung terbaik, Allah adalah tempat berharap terbaik. Banyak kekecewaan yang hadir dalam diri karena kita terlalu berekspektasi terhadap sesuatu which is kita lupa bahwa ekspektasi kita terhadap sesuatu adalah milik Allah.
Sejak lama aku menguatkan diri untuk tak berharap kepada apapun kecuali Allah, meski kerap juga dilanda kecewa namun hati segera tersadar dan pulih. Jadi kalau ada yang tanya kenapa sih bahagia mulu ? Jawabannya karena hatiku temannya langsung sama sang pencipta, sehingga ketika ada yang menyakitkan it's ok, ketika ada yang membuat tak bahagia maka hati langsung menemukan why-nya.
Kemarin sembari bersiap berangkat kerja, diantara keriwehan kegiatan rumah tangga aku mendengar berita disalah satu channel televisi bahwa ditemukan mahasiswa S2 ITB yang melakukan bunuh diri. Hatiku ingin menagis, ya rab sedihnya, entah kenapa depresi selalu susah untuk kita sembuhkan? Aku tahu dan yakin bahwa keluarga penderita depresipun sudah berjuang untuk mendampingi tapi keluarga juga harus menjaga jarak demi kenyamanan bersama.
Ternyata almarhum adalah seorang blogger juga, bahkan kasus kematiannya dikaitkan dengan banyak tulisannya. Hatiku semakin pedih ketika membaca tulisannya, dia sudah berjuang melawan depresinya bahkan dia tahu sudah didukung banyak orang namun hatinya tetap kosong.
Kedekatan dengan sang pencipta tak akan ada yang bisa mengukurnya, tapi aku yakin bila hati tertaut inshallah pengobatan medis dan iman adalah obat yang klop. Namun jangan judge seseorang yang depresi dan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sebagai orang yang tak punya iman. Mereka berjuang untuk tetap 'waras' dan kita enggak pernah tahu bagaimana mereka melewatinya.
Curhat di Sosial Media
Kerap mendapatkan teman yang curhat di sosial media, meski kadang membacanya membuat ngebatin "yaela ngapain sih ?" tapi aku berusaha membaca situasi nya, bahwa bisa jadi tulisan itu adalah sebuah jalan keluar baginya. Jadi please gengs kalau ada yang curhat jangan dikomenin macem-macem just give your support. Curhatan teman itu bukan untuk didiskusikan apalagi jadi analisa macam-macam.
Kalau ada yang curhat cukup support dengan kasih solusi atau opini, minimal biarkan dia tahu kalau kau membaca statusnya. Ada seorang teman yang bertanya pada ku "kenapa sih lu komen melulu distatus dia? gak jelas gitu?" Tapi dimataku aku merasa dia butuh teman dan meski hanya satu komentar mungkin bisa membuat dia nyaman.
Aku memilih untuk menceritakan apa saja dalam hidupku, aku juga enggak mau menipu diri makanya sebagian tulisanku kadang dinilai terlalu vulgar bahkan ada yang bilang buka aib. No..no aku ingin merelease beban dalam hidupku, ketika suamiku bukan orang beruang maka izinkan aku memberitahu kalian, tujuannya apa ? Kelak bila kalian kami naik motor butut maka secara otomatis kalian akan memahaminya. Atau ketika aku membuka pendapatan ngeblog maka tujuannya cuman meringankan beban saja, daripada ada yang berasumsi macam-macam ya kan ?
Tahukan sumber ghibah itu apa ? karena terlalu banyak rahasianya jadi asyik untuk dibahas. Menjadi lebih terbuka menurutku adalah salah satu cara untuk mengurnagi beban hidup. Semua manusia punya depresi sama seperti sel kanker kita punya semuanya, hanya saja kondisi kita yang berbedalah yang menjadi pembedanya.
Menjadi terbuka adalah caraku untuk menekan tingkat depresi dalam diriku, dan bagiku dengan selalu mengingat Allah adalah usaha yang cukup berhasil untuk tetap waras. Istighfar selalu membawa ku kepada kenyataan, membaca kalam Allah selalu mampu menenangkanku, sholatku mengantarkan ku untuk berdialog kepada sang pencipta.
Kisah alumni S2 ini kembali menjadi pengingat bagi kita, bahwa hidup itu sangat singkat bahkan ada saat dimana diri kita juga enggak mampu mengontrol pikiran kita. Jangan pernah berpikir mendahului kehendakNYA, biarkan ajal menjemput kita pada saatnya, stop berpikir untuk mati. Karenanya mari saling support, stop bullying, stop judging dan selalulah dekatkan hati sama sang pencipta. Hanya DIA yang mampu menjaga kita selama 24 jam, terima dirimu, terima keluargamu, dan bersyukurlah.