Tulisan ini, idenya bukan karena pengalaman pahit melainkan sebuah rasa takjub ketika beberapa hari lalu entah mengapa satu harian full aku naik ojol dan drivernya perempuan. Sehari paling sedikit aku naik ojol 4 kali dan hari itu keempat driver kebetulan semuanya perempuan.Dan kalian tahu aku deg-degan pakai banget haha, cewek gitu loh!
Well, balik ke judul tulisan entah mengapa rasa haru menyusup kedalam dada melihat para driver ojol ini, sampai-sampai ku berpikir jangan-jangan aku sedang mengasihani diri sendiri haha. Tapi bukan ah, soalnya ini rasa yang sama setiap aku melihat para wanita bekerja untuk support ekonomi keluarga.
Dear Suami |
Driver Mbak A, ojol bukanlah pekerjaan utama, dia karyawan di sebuah perusahaan cleaning service, pulang kerja jam 2 siang, suami satpam komplek. Penghasilan keduanya belum mencukupi kebutuhan keluarga, istri berinisiatif melanjutkan jadi driver. Kenapa gak suami mbk aja? Jawabannya "kasihanlah mbak, fisik suami saya gak sekuat saya", gak papa saya begini selama suami setia, sayang anak-anak aku udah nyaman, bahagia enggak kerasa kok capeknya.
Driver Mbak B, ternyata sama dengan mbak A, ojol juga sebatas sampingan dia bekerja sebagai kurir dan karena masih single dia merasa ngapain pulang cepat ke kosan, so mengisi waktu sampai menjelang jam tidur dengan jadi driver ojol menurutnya sangat menyenangkan. Bisa ngobrol banyak dengan berbagai profesi orang, kadang juga bisa membeli makanan di restaurant keren dan pastinya kalau pulang kampung bisa bahagiain semua keponakan, mashaallah!
Driver Mbak C, tanpa bermaksud body shamming kondisi si mbak kakinya lebih pendek jd motornya juga di modif. Beruntung dia sudah punya keluarga meski isinya hanya dia dan suami. Memilih menjadi driver ojol karena enggak tahu mau kerja apa, dengan jadi driver lumayan akutu mbak bisa bantu-bantu suami "begitu ucapnya". Capek sih tapi suami aku suka mijitin aku, lanjutnya penuh semangat. Lalu aku bertanya "kok mau sih kerja begini? Aku kasihan sama suamiku, gajinya enggak seberapa mana aku suka berobat jadi yah dengan begini aku gak ragu-ragu berobat kalo sakit mbak, jawabnya dengan nada optimis.
Driver Mbak D, menikah punya dua anak dan ingin anak-anaknya bisa kuliah. Jadi driver ojol bisa mencukupkan kebutuhan kami, jadi driver ojol aku bisa ngajak anak-anak makan ayam atau pizza. Capek sih, tapi namanya sudah kebutuhan ya dijalani aja mbak, mau ngarepin suami kok ya kek gak tahu diri. Kecuali suami ku kek suaminya Nia Ramadhani yo emoh aku ngojol mbak e.
Pertemuan dengan 4 wanita driver hari itu benar-benar membuat aku haru sekaligus makin yakin bahwa istri itu enggak neko-neko. Istri itu sudah cukup bahagia kok kalau para suami support dan enggak mengkhianati ikatan pernikahan. Buktinya banyak juga wanita mapan punya suami kaya raya, namun memilih berpisah hanya karena dikhianati.
Aku pribadi juga bekerja, ikutan membantu ekonomi keluarga demi kebutuhan sekeluarga, syukur-syukur masih bisa berbagi ke semua keluarga besar. Lah kalau aku bilang bekerja ini cuma me time ya bohong banget lah. Andai suami mampu memenuhi semua keperluan kami tentu aku memilih mendampingi anak-anak supaya mereka tumbuh optimal bersama orang tuanya. Namun apapun keadaan saat ini ya tetap dinikmati, inshaallah ikhlas membantu suami dan enggak pernah dijadikan beban.
Dulu sebelum menikah apa yang aku peroleh ya disharing juga buat keluarga inti, sekarang setelah menikah kalaupun tetap harus demikian ya gak masalah. Orang resek mah bebas ges, filternya ada dikita. Temanku sering nanya "kak lu enggak pengen apa dihadiahin cincin emas sama suami?" Jawabannya ya pengen tapi kalau suami gak mampu ngapain halu, lagian apa yang diinginkan biasanya aku dapetin kok. "yah tapikan itu bukan suami lu yang kasih?" See? manusia selalu mencari celah supaya kita baper, aku mah ogah. Enggak penting sih cincin itu dapat dari suami atau tidak, poinnya aku bisa dapetin benda yang aku inginkan karena Allah maha tahu. Suami juga ikutan hepi kok, ngapain juga gengsi.
So please dear hubby, kita bukanlah Nia dan Ardie tapi kita harus bahagia. Dear suami, please setia lah dengan keluarga, istri mu hanya butuh dirimu. Dear Suami, kalaulah tuhan dan istrimu jauh dihatimu, paling tidak ingatlah ibu mu, dia akan bangga kalau anak laki-lakinya bisa menjadi suami yang setia.
Untuk semua perempuan pekerja, tetaplah semangat karena pada akhirnya kita akan mempertanggungjawabkan semuanya sendiri-sendiri, bekerjalah dengan ikhlas, lakukan kewajibans ehingga tak ada celah suami untuk mengatakan "tapi dia.." dan ingat untuk selalu membahagiakan diri sendiri.