Ada yang suka sedih ketika di judge seseorang? Penilaian orang lain kerap membuat kita harus membuat klarifikasi, "bukan gitu maksudnya tapi begini". Hal ini bisa muncul karena kebanyakan orang lain menilai kita dengan standard dirinya sendiri, karena itu aku jarang bisa mengikuti nasehat seseorang dan dan menurutku penilaian orang lain itu bukan untuk kita melainkan untuk dirinya sendiri.
Adil Menilai Orang Lain |
Saat Berprasangka
Menurutku ada dua hal yang kita lakukan ketika menilai diri orang lain :
- Menilai orang lain dengan mengukur kemampuan diri sendiri, makanya ada istilah iri tanda tak mampu.
- Menilai orang lain dengan ekspektasi melebihi kemampuan diri sendiri, dan ini lebih jahat sih menurutku which is lu tahu sebenarnya demikian tapi lu menuntut orang lain melebihi kemampuan dirimu sendiri tapi lu pernah berangan-angan seharusnya demikian dan indikator ekspektasi yang tak pernah lu capai malah dijadikan kalimat untuk menilai orang lain.
Coba jujur atau evaluasi deh ketika kamu berprasangka kepada seseorang, aku percaya sebagian besar prasangka mu adalah cerminan bagaimana kamu memperlakukan dirimu sendiri, coba sadari ketika kamu memberikan penilaian.
Aku demikian dan sudah menyadari jauh sebelum aku ada dalam ikatan pernikahan, dan sejak saat itu aku berusaha stop menjudge orang lain yang tak ku kenal ataupun yang aku kenal dekat, mengapa? Karena hal itu gak membantu masalah orang lain dan membuat diri tak bisa melihat luas terhadap suatu persoalan karena kita sudah membatasinya dengan isi kepala sendiri. Contohnya gimana sih li?
Baca : Menerima Diri Sendiri
Misalnya, suamiku kan kantornya di Tangsel dan sampai rumah pukul 16.30 wib sementara aku tiba di rumah dulu paling cepat pukul 18.50 wib. Hasil diskusi kami berdua maka aku meminta suami memanfaatkan selisih waktu yang ada untuk membuat bonding time dengan kedua anak kami. Apalagi menurut islam anak-anak itu sebenarnya harus tumbuh dibawah pengasuhan sang ayah, namun karena berbagai hal dan salah satunya adalah "kerelaan ibu" memberikan kesempatan tersebut memang sangat jarang meski dengan alasan "kasihan suami sudah kerja". Yang terjadi ketika suami melakukan kesepakatan kami adalah, ada banyak IRT yang memberi komentar "kasihan ya Pak Yusep disuruh jaga anak, istrinya sih pulang malam melulu". Kok aku tahu? Ya karena aku dulu begitu iba setiap melihat seorang suami menjaga anak-anaknya, hal ini terjadi karena itulah yang ada pada diriku. Di rumah kami papa tak pernah terlibat dalam pengasuhan anak, di rumah kami seorang Ayah sangat-sangat dilayani.
Klik : Tips Menahan Diri
Namun setelah dewasa aku melihat banyak kehidupan rumah tangga baik dari teman maupun sepupu ku , melihat kehidupan mereka mengubah cara pandangku, ternyata komentarku hanya dari diriku sendiri. Atau ketika teman-teman kantor iba melihat ku yang bawa bekal setiap hari, kenapa iba? Karena mereka memang tak akan mampu karena merasa capek sementara buatku malah ini adalah sumber kebahagiaanku.
Lantas apa yang aku lakukan supaya aku bisa adil dalam menilai orang lain? Ada 4 tips sederhana yang ingin aku bagikan disini dan semoga bisa bermanfaat bagi kalian (inshaallah)
- Positive Thingking, ajaran agama manapun aku yakin selalu meminta kita untuk mengedepankan hal-hal baik. Ketika kalian menemukan hal tak mengenakkan stop untuk berpikir negatif, tarik nafas panjang dan pikirkanlah hal baik "oh bisa jadi dia begitu karena ...." stop untuk bilang "ah pasti dia begitu karena ...."
- Bertanya, ketika kalian menemukan hal yang tak sesuai dengan standard diri kalian maka jangan lupa untuk bertanya. Buatlah sesegera mungkin kalimat tanya "kenapa ya?" dengan bertanya maka kalian akan mencoba mencari kebenarannya bukan memberikan kesimpulan.
- Toleransi/Maklumi, pun ketika kalian sudah meyakini bahwa memang dialah yang salah maka langkah selanjutnya adalah memakluminya. "Oh mungkin dia begitu karena..." hal ini selalu mampu membuat aku kembali netral menyikapi seseorang, membuat aku gak membenci dan membuat aku bisa lebih baik juga bagi diri sendiri.
- Stop Mengukur Orang Lain, dan hal terakhir yang aku lakukan adalah berhenti untuk mengukur orang lain dengan standard hidup kita. Makanya ada istilah "We don't walk in her/his/their shoes" jadi kita gak akan pernah tahu apa yang membuat seseorang demikian. Trus ada yang bilang "yah ngapain juga harus tahu, toh gue punya sepatu sendiri hehe" yah jangan begitu yah hehe
Kenapa Harus Menilai Orang Lain Dengan Adil
Supaya kita bisa menjadi dewasa, supaya kita bisa melihat masalah orang lain dari sudut pandang yang luas. Dengan demikian kita gak akan membenci seseorang, bahkan kita justru bisa menjadi solusi bagi orang lain. Yang aku rasakan manfaatnya juga baik bagi diri sendiri which is kita jadi lebih tenang, punya hati yang bersih bahkan tak jarang karena sudah mampu berprasangka baik yang muncul adalah doa-doa kebaikan buat orang lain. Kekuatan doa adalah bak boomerang impactnya buat diri lu juga bukan buat siapa-siapa.
Yah kalau ada yang bilang lu hepi aja sih, itu karena aku gak pernah mengadili orang lain, itu karena aku menerima apapun dalam hidup ini dengan prasangka baik. Well, mari terus belajar untuk menjadi baik ya dan kalau kalian tanya apakah ada sisi negatif dengan caraku ini? Ada, karena aku jadi cenderung cuek, gak mau memikirkan berlebihan dan ketika ini terjadi hadirlah anggapan bahwa "aku kurang care".
1 Komentar
Eda ulasannya bagus bangeetttt ini sangat inspiratif bahasanya ringan dan dekat sama kehidupan sehari-hari. Apa yang dituliskan di sini tercermin dari sikapmu yang menyenangkan :)
BalasHapusKomen ya biar aku tahu kamu mampir