Tentang rezeki, konon katanya enggak usah worry tapi kadang rasa kekurangan menimbulkan banyak prasangka. Alhamdulillah aku dibesarkan orang tua yang complicated tapi aku bersyukur karena dari mereka aku banyak belajar dan salah satunya konsep rezeki.
Rezeki Allah |
Papa seorang karyawan swasta yang biasa aja sih jabatan, gak sampai punya supir pribadi. Mamak hanya seorang ibu rumah tangga yang benar-benar semua waktunya dicurahkan untuk mengurus suami dan ke-enam anaknya.
Penghasilan papa bisa dibilang lebih dari cukup, namun tahun 1998 Indonesia mengalami krisis moneter, sejak itu kehidupan kami agak selow meski belum melambat. Untungnya mamak rajin menyimpan emas sehingga ketika dolar dari 2.500 menjadi 16.000 ribu rupiah maka harga emas melambung tinggi dan mamak menjual semua emas yang dimilikinya sehingga kamipun bisa bertahan hidup dengan standard nyaman kala itu.
Kejadian 1998 sangat membekas dibenakku, sejak saat itu entah mengapa aku sangat percaya "bahwa allah akan cukupkan rezeki umatnya", saat itu aku melihat mamak menangis membayangkan kami tak bisa melanjutkan kuliah, tapi nyatanya jika aku mau melanjutkan S2 kedua orang tuaku masih mampu membiayainya.
Lalu pengalaman lainku tentang konsep rezeki adalah ketika aku punya banyak teman yang rezekinya disebut konglomerat. Alhamdulillah memang kalau sudah konglomerat jauh banget dari rasa sombong, dan dari mereka ini pula aku menyimpulkan "bahwa kekayaan materi tak berbanding lurus dengan kebahagiaan", dikala aku berangan-angan ingin berada diposisi mereka tapi mereka rerata selalu bilang hidupku "sangat bahagia", how could that be?
So aku selalu percaya bahwa Allah akan cukupkan rezeki kita, tugas kita adalah tetap optimis dan berusaha mencari rezeki dijalan yang baik dan benar. Cukup itu bukan tentang kuantitas melainkan kualitas, prinsip inilah yang aku pegang sampai hari ini.
Ada banyak teman akrab yang berharap aku menikah dengan seorang kaya, minimal punya rumah dan mobil namun nyatanya tak seperti harap mereka. Sementara aku memang tak pernah berencana seperti angan temanku, di kepalaku aku sudah yakin bahwa Allah akan cukupkan segala kebutuhanku, aku hanya perlu optimis, berusaha dan menggunakan akal ku untuk memiliki sabar yang luas.
Kalau teman-temanku saja merasa worry dengan jodohku, bisa dibayangkan dengan orang tuaku? Yup! mereka pun sama risaunya, "apa iya kau bisa hidup?" begitu tanya keduanya. Namun aku meyakinkan mereka bahwa selama seorang suami masih mau bekerja inshaallah akan dicukupkan rezeki kami.
Alhamdulillah sampai hari ini, tak pernah aku meminta bantuan keluarga, alhamdulillah kami juga kerap berbagi atas apa yang kami peroleh. Lalu pernah iri gak sama rezeki saudara yang lain? Enggak karena balik lagi rezeki itu akan dicukupkan sesuai kebutuhan masing-masing.
Iri hati juga gak akan membuat kita kecipratan rezeki bahkan dengan berbahagia atas rezeki orang lain maka ada saatnya Allah akan berikan hal yang sama supaya kita bisa merasakannya juga. Dan aku suka banget sama quote bos aku orang Malaysia, beliau pernah bilang "makin besar periuknya makin besar pula keraknya". Artinya memang gak akan pernah cukup, makin punya banyak uang pasti pengen sesuatu yang setara dengan kemampuan, makanya kalau lihat tukang becak dengan diriku rasanya ya sama-sama aja toh? Sama-sama bisa menjalani hidup dengan porsinya masing-masing.
Rezeki itu gak akan ketukar, dan ini benar banget. Aku pernah kok beberapa kali harus batal bergabung dalam kampanye, ada yang dadakan dikabari, ada yang sudah sampai nama disebut dan lalu gak jadi bila itu terjadi maka gak usah sedih. Yakin aja memang bukan rezekinya kita, dan biasanya aku mendapati penggantiku adalah mereka yang memang jauh lebih membutuhkan dari aku, ketika kita bisa ikhlas seketika Allah akan gantikan dengan rezeki yang lebih tepat buat kita.
Aku sendiri selalu yakin bahwa Allah akan cukupkan rezekiku, dan beberapa hal yang aku lakukan untuk selalu meyakinkan diri adalah :
- Setiap Jiwa Tidak Akan Mati Sampai Rezekinya Sempurna, aku suka banget petikan hadist ini dan menurutku memang demikian adanya. Jadi kalau kita memang masih bernyawa itu artinya kita msih memiliki rezeki so tugas kita untuk menjemputnya tentu dengan cara yang baik, jadi kalau ada keinginan yang belum kesampaian optimis aja ini hanya masalah waktu, itulah pentingnya punya niat, karena banyak kok orang yang ga berani berniat karena sudah pesimis duluan.
- Yakin Bahwa Ketentuan Allah Adalah Yang Terbaik, jangan sedih kalo tetiba dicancel job karena pasti ada penggantinya atau biasanya akan ada waktu kita akan bilang "duh untung ya kemarin aku cancel kalau tidak...." Soalnya pernah aku mengalami dibatalkan hanya hitungan jam, sedih dong ya tapi gak berapa lama Allah kasih tunjuk bahwa aku akan bersyukur dengan pembatalan mendadak itu dan benar saja bosku tiba-tiba mengajak meeting dan meminta aku membatalkan izin keluar kantor yang sudah aku kantongi sehari sebelumnya.
- Bersyukur Maka Akan Cukup, rasa syukur itu benar akan menambah nikmat. Hanya dengan bersyukur kita bisa merasa cukup, sering-seringlah mengucapkan Alhamdulillah, dijamin gak akan pernah iri melihat orang lain, hati kita akan bisa melihat betapa Allah maha baik atas diri kita.
- Do'akan Orang Lain, aku percaya banget bahwa do'a akan menjadi boomerang kebaikan, makanya sering-seringlah mendo'akan rezeki orang lain. Aku kerap dijalanan melihat orang-orang mencari nafkah maka hatiku akan mendo'akannya " Ya Allah cukupkan rezeki hamba-hambaMU yang saat ini mencari rezekiMU" entah karena kerap begini maka aku selalu merasa tak pernah kekurangan.
0 Komentar
Komen ya biar aku tahu kamu mampir