Bahagia,
Apa sih yang bisa bikin aku bahagia? Bahagia memang sederhana tapi untuk bisa mencapai bahagia biasanya ada luka, so bahagia itu tak melulu dihasilkan dari suka. Waktu aku kecil aku susah mengingat hal-hal baik, entah kapan tepatnya aku justru tak bisa melihat luka lagi, yang tersisa hanya suka dan itu aku pikir datangnya dari rasa syukur bukan dari rasa suka.
Aku Bahagia Karena ...
Lantas apa sih yang bisa membuat aku bahagia ? Bahagia itu hanya rasa, namun gak semua orang bisa memilih rasa itu hadir dalam setiap kejadian. Aku mungkin bagi sebagian orang dikenal dengan orang yang tak pernah sedih, bahkan ada yang kesal saking aku terlalu bersemangat dalam setiap keadaan. Jauh sebelum hari ini mungkin ada juga yang mengingat sosok ku sebagai anak pemalu, anak pendiam dan penakut. Perubahan dalam diri bisa banyak penyebabnya, mungkin aku bisa mengabaikan duka karena membuat aku merasa sakit hati dan selalu berangan-angan ingin balas dendam, rasanya lelah. Lelah namun tak menghasilkan apa-apa, saat SMP aku merasakannya dan berusaha melepas lelah itu.
Mungkin kebiasaan membaca Alqur'an yang membuat hatiku yang keras melembut, terkadang saat mengaji membaca ayat yang tak ku pahami maknanya namun lidahku keluh menahan tangis, perlahan isi kepalaku muncul kepingan-kepingan adegan kebahagiaan. Bagaimana mamak menyayangi kami, bagaimana papa meski selalu pulang larut namun tak pernah lupa membawakan permen kesukaan kami setiap hari di meja makan sudah disiapkannya buat kami, bagaimana hembusan angin di pantai membuat kami sekeluarga bisa tertawa, yah ternyata hidupku bahagia namun terpendam dalam luka yang kusimpan.
Sejak itu aku hanya melihat hal baik, aku bisa melihat perdebatan orang tuaku sebagai usaha mereka untuk bertahan demi kami, dan hari ini aku bersyukur kedua orangtuaku tetap bersama, melihat mereka menua dalam satu atap adalah kebahagianku.
Aku selalu berdoa bisa membahagiakan semua orang yang ku sayangi, namun ternyata tak mudah, anganku dulu ingin membawa seluruh keluarga ke baitullah, setiap saat do'a ku panjatkan sampai muncul rasa ketakmampuan 'yah gimana aku bisa? Ongkos ke Mekkah per kepala saja 30 juta?' Namun Allah punya obatnya, kini aku tak merasa lagi tak mampu, kemunculan pandemi membuat aku bisa menyerah dengan angan itu. Kini bahkan kalau aku punya uang tetap aku tak bisa mengajak keluarga ke sana, batasan usia berpergian karena Covid-19 menyadarkan akan angan-angan berkunjung ke sana.
Aku bahagia bila bisa berkumpul bersama seluruh anggota keluarga, karenanya saat aku wisuda seluruh anggota keluarga hadir, mereka tahu hanya itulah kebahagiaan ku 'bersama mereka'. Saat lebaran tiba semua uang THR aku habiskan untuk membeli baju baru mamak papak, abang, adik, ipar dan ponakan, bahagia ku seperti itu bisa bersama dengan keluarga.
Bahagia itu mudah namun tak sesederhana memperjuangkannya ...
1 Komentar
beneeerr, bahagia itu mudah namun tak sedemikian mudahnya.
BalasHapusKomen ya biar aku tahu kamu mampir