Kayama adalah anak nomor duaku, semua tumbuh kembangnya menurutku baik kecuali masalah Berat Badan yang tak kunjung naik, namun urusan BB aku stop berjuang setelah melalui banyak tes aku percaya kurusnya anakku bukan disebabkan oleh suatu penyakit.
Disleksia |
Kayama masuk TK usia 4.5 Tahun, dia bicara usia 1 tahun dan kalau ngobrol dua arah juga nyambung banget bahkan dia sangat suka bercerita kesemua orang yang dia rasa akrab. Hal tersebut membuat aku tak merasakan kejanggalan berarti sebab anak pertamaku yang baru bisa bicara saat umur 4 tahun kurang dua bulan juga tumbuh biasa saja dan termasuk anak yang punya nilai bagus meski komunikasi dua arah nggak sebagus adiknya.
Dulu saat anak pertama nggak bisa bicara aku selow nggak membawanya konsultasi ke Dokter Tumbuh Kembang Anak, keputusan ini bukan karena adanya penolakan dalam diriku ya tapi karena dari Dokter anak kami juga meyakini anakku baik-baik saja dan hatikupun selalu bilang bahwa anak pertamaku akan bicara pada saatnya and it happened.
Kayama sudah TK B dan entah mengapa setiap aku ajak mengulang pelajaran mengenal huruf dia selalu menangis, ok masih wajar pikirku dan konsultasi dengan guru-gurunya juga semuanya kasih komen positif untuk Kayama. Lalu pandemi tiba dan aku terpaksa menjadi guru nah saat itulah aku merasa aneh kenapa Kayama nggak bisa mengenal huruf? sementara bisa mengenal angka dan huruf hijaiyah? Untuk menghapal surah pendek juga mampu hanya dengan alphabet dia tak mampu, kenapa?
Mungkinkah metode belajarnya yang nggak tepat? OK,akupun sudah memindahkan dia dari tempat belajarnya dan sudah 3 bimbel semuanya punya metode yang berbeda-beda namun hasilnya sama anakku tak mampu mengenal huruf. Tapi karena dia ceria dan mampu dalam hal lain seperti berhitung dan mewarnai maka semua gurunya bilang masih wajar.
Saat aku memintanya mengucapkan huruf maka matanya menatap fokus ke mulutku seakan dia menanti mulutku untuk mengucapkan huruf tersebut dan dia akan mengulangnya. Ok aku coba ucapkan dan dia langsung mengulangnya namun satu menit kemudian aku tanyakan lagi maka dia menangis lalu bilang "bosan karena hurufnya itu-itu mulu namun dia tak mampu menyebutkan itu huruf apa". Bahkan ketika aku menawarkan reward kepadanya bila mampu mengingat huruf A- E dia menolak reward tersebut dan disinilah aku merasa bahwa dia memang tak akan mampu bila bermain dengan huruf, kenapa dengan angka bisa?
Januari kemarin aku baru ingat kalau usianya sudah saatnya untuk masuk SD dan saat itu aku berpikir untuk menundanya saja karena belum mampu mengenal alphabet namun untuk mendukung keputusanku aku butuh pendapat dokter dan akhirnya aku mengunjungi dokter spesialis anak dan curhat tentang anakku yang tak mampu mengenal huruf. Dokter anak tersebut juga kaget sih masak usia 6 tahun lebih belum kenal A-Z? dan beliau hanya bilang "untuk memperkuat dugaannya dia butuh kami mengunjungi Dokter Tumbuh Kembang Anak dan kamipun dirujuk ke sebuah Rumah Sakit hingga harinya tiba anak kami Kayama di diagnosa Disleksia. Dan kenapa dia nggak masalah sama angka dan huruf hijaiyah? karena bentuknya berbeda dengan alphabet dan inilah khasnya disleksia memang lebih ke huruf latin tak mampunya, jangankan untuk mengeja wong mengingat A,B, C saja gak mampu hehe.
Setelah mendapatkan diagnosa Disleksia aku menjadi tenang seolah aku sudah menemukan masalah yang selama ini selalu aku tanyakan mengapa anakku musuhan dengan huruf. Aku merasa lega bahwa ini memang bukan karena metode yang tak tepat melainkan ada masalah yang harus dibenahi dulu baru anakku akan mampu mengenal huruf.
Disleksia adalah gangguan belajar, anak akan kesulitan untuk mengenal huruf,, suka terbalik dalam menulis urutan, susah membedakan kiri dan kanan dan ada banyak gejala lainnya namun untuk Kayama gejalanya dikategorikan ringan dan membutuhkan terapi wicara 2x dan 1x terapi okupasi dalam satu minggu.
Tak ada obat medis yang harus dikonsumsi anakku, dan alhamdulillah setelah 6x terapi wicara dan 1x terapi okupasi Kayama sekarang sudah mulai ngeh dengan huruf dan dia mulai ngeh bila mengucapkan kata mami maka dia akan ngeh hurufnya apa saja. Dan kini guru lesnya bilang "sekarang Kayama sudah mulai bisa mengingat huruf".
Alhamdulillah meski perjalanan (mungkin) masih panjang tapi aku yakin perlahan Kayama akan mulai bisa merangkai kata dan membaca kalimat. Dan yang aku lakukan hanyalah menanyakan satu huruf dalam beberapa hari sehingga dia mampu mengingatnya. S
1 Komentar
Mbak, sama persis seperti anakku. Bedanya anakku mengalami di semuanya, huruf, angka dan huruf hijaiyah. huruf dan angka dulu selalu terbalik. Bahkan sempat mengalami menulis huruf seperti mirroring. sekarang kelas 5 masih bergulat soal huruf hijaiyah. Saat teman2nya sudah baca qur'an kayak kereta api, anakku masih bertahan di jilid 2 yang sudah diulang ke-4 kalinya. Kudu banyak istighfar dan tidak lelah selalu riset metode belajar.
BalasHapusKomen ya biar aku tahu kamu mampir