Setiap manusia aku percaya bisa menilai dirinya dengan jujur dan adil, terkadang yang muncul ke permukaan adalah ego. Itulah mengapa selalu ada tersangka yang mengatakan dirinya tak salah karena selalu ada dua sisi dalam kehidupan.
Dua sisi kehidupan by ulihape |
Tulisan ini mengalir pagi ini karena hatiku berduka, seseorang yang dinilai banyak orang zalim tapi bagiku keberadaannya bak pahlawan keadilan, kok bisa? Karena dua sisi, ada yang membenci tentu ada yang menyukai. Perusahaan tempatku mencari nafkah ini adalah pilihanku untuk kembali lagi. Aku tahu dengan semua keterbatasan yang ada di perusahaan ini namun ada lebih banyak kebaikan bagi diriku, setelah menjadi Ibu aku butuh perusahaan yang tak menuntut tinggi kinerja karyawan, aku butuh perusahaan yang fleksibel dalam memberi izin ketika aku harus mengutamakan kepentingana keluarga dan di sini aku mendapatkannya.
Bagaimana dengan kesejahteraan? Indikator sejahtera tentu saja tak akan pernah cukup, lihat saja para buruh yang selalu demo menuntut kenaikan gaji, karyawan yang selalu mengeluh karena perusahaan tak kunjung menaikkan gaji tapi tidak bagiku karena aku yakin Allah tuhanku akan mencukupkan segala kebutuhanku, modalnya hanya perlu semangat dalam menjemput rezeki Allah, hargai apa yang datang dengan kata lain janji allah menambahkan nikmatNYA bagi hamba yang bersyukur, inshaallah.
Perusahaan ku ini bisa dibilang adalah perusahaan keluarga, owner, anak dan menantunya terlibat dalam jabatan sehingga bagaimanapun pemimpin yang ada di perusahaan ini akan tampak tak punya taring karena semua keputusan harus balik ke owner. Jujurly aku nggak ada masalah dengan kondisi ini, kolega juga baik-baik saja. Namun ketika bicara peraturan maka ini hanya berlaku bagi 'rakyat jelata' which is aku termasuk dalam golongan itu, mengapa? Karena aku gak punya beking, sementara yang lain punya embel-embel seperti "anak emas owner, kesayangan istri owner, kepercayaan anak owner pertama, kepercayaan menantu owner" dan seterusnya.
Mereka tak mungkin membicarakan sesama beking-an, alhasil namanya hidup baru hidup tuh kalau mengusik hidup orang lain, jadilah aku yang nggak punya geng ini merupakan bahan obrolan yang asyik bagi mereka, misal aku nggak masuk karena urusan dan itu sudah resmi izin dengan bukti administrasi tertulis. Selalu saja ada bisik-bisik seolah aku melakukan dosa besar, tapi aku sih nggak pernah peduli. Atau kalau aku terlambat karena di dalam tol ada kecelakaan atau halangan lainnya wah semua mata seolah menyatakan aku sengaja datang siang. Sementara itu ada yang kabur nge gym sampai jam kantor berakhir tak diusik karena keponakan si B, atau ada yang telat datang karena bangun kesiangan dan it's OK, telat akrena isi bensin, tak datang karena hari haid pertama, izin mengurus ATM dsb. Hal remeh semacam ini yang sering aku alami, namun aku tak terganggu, aku kisahkan supaya bisa dipahami mengapa aku merasa kehilangan sosok pahlawan keadilan tadi.
Dua tahun lalu perusahaan kami memiliki seorang HR Manager, perempuan, cantik dan cerewet pastinya. Namun bagiku kehadirannya seolah membawa keadilan bagiku, sejak beliau hadir peraturan itu ditegakkan tanpa pandang bulu. Kalao dulu OB hanya dimanfaatkan kaum elit kini tak ada yang bisa mengusik OB untuk kepentingan pribadi, kalau dulu yang telat datang punya bekingan nggak disorot, kini bahkan dapat SP. Bukan puas sih, hanya saja aku merasa diperlakukan adil, dan sejak ada beliau sorotan itu berganti kepada mereka yang tak pernah disorot, i am feel safe!
Bahkan dulu aku harus bertahan dalam ruangan kerja penuh asap rokok, mengadu ke HRD jawabannya "yah gimana dong", menghadap Direktur jawabanya "coba saya usahkan" tapi dengan beliau siapa yang merokok akan di SP spontan tak ada lagi asap di ruanganku, ehm...bisakan kalian membayangkan betapa aku merasa dibela? Meski bukan dibela khusus, beliau bekerja sebagaimana mestinya dan aku merasa mendapatkan keadilan.
Banyak yang terusik dengan keberadaan beliau, jelas saja seumur hidup nggak pernah dilarang merokok kini harus manut, seumur hidup nggak pernah di SP kini kena SP. Semua bergerak menjatuhkannya hingga beliau menyerah! Dan kini aku kembali menjadi rakyat jelata. Sedihku bukan hanya karena beliau tak di perusahaan ini tapi karena nasibku akan kembali menjadi rakyat jelata. Lihat saja kini di ruangan ku asap kembali terlihat, dan besok-besok hanya terdengar namaku dibagian karyawan yang ini itu haha.
Well, curhatan pagi ini berharap pahlawan keadilanku akan mendapatkan sukses di tempat lain aamiin. Terima kasih dua tahunnya ya, paling tidak aku sudah menikmati kegelisahan mereka yang berbuat curang walau hanya dua tahun itu cukup berarti, gumawo!
0 Komentar
Komen ya biar aku tahu kamu mampir