Blogger di Era TikTok : Antara Berkarya dan Tersingkir

Blogger di Era TikTok : Antara Berkarya dan Tersingkir

Perjalanan Menjadi Blogger : Dari Hobi hingga Peluang Cuan yang Berubah

Sejak kecil, aku memang suka menulis. Aku menemukan kebebasan dalam kata-kata dan rasa puas saat bisa membagikan pemikiran atau cerita. Bahkan ketika dulu diari bergembok bisa membuat aku mencurahkan semua rasa tanpa orang lain tahu justru menjadi penyelamatku. Namun, baru di pertengahan tahun 2013, aku benar-benar menyadari bahwa menjadi blogger bisa menjadi lebih dari sekadar hobi—ternyata bisa jadi ladang cuan! Saat itu, platform blog mulai tumbuh pesat, dan setelah menggali informasi lebih dalam, aku akhirnya memutuskan untuk membuat blog dengan domain TLD (Top-Level Domain) Ulihape.com ini aku buat setelah mengetahui bahwa ada peluang cuan bagi blogger.

Hari Blogger Nasional
Blogger di Era TikTok : Antara Berkarya dan Tersingkir

Sejak membuat blog TLD, tak disangka-sangka, tawaran mulai berdatangan. Mulai dari produk yang ingin diulas hingga undangan kolaborasi. Tahun pertama pun terasa sangat berkesan karena aku berhasil mendapatkan penghasilan hingga Rp60 juta dalam setahun. Ini adalah pengalaman yang sangat mengubah cara pandangku terhadap blogging—bahwa sesuatu yang berawal dari hobi ternyata bisa menjadi profesi yang menguntungkan. Bahkan aku bisa membayar hutang kepada MAmak sebesar 100 juta dari hasil ngeblog pada masa itu, kisahnya baca di sini ges!

Sejak itu aku jadi berpikir untuk punya ebberapa blog semula ulihape.com hadir untuk mengulas berbagai life style dan didominasi tulisan dengan tema dunia parenting, lalu ada komburmamak.com untuk menulis semua tontonan dan perjalanan liburan keluargaku, serta tulisan-tulisan lepas yang kerap aku bagikan di kompasiana.com/ulihape, platform menulis yang sangat beragam audiensnya selalu membuatku menulis trending topik dan biasanya berhasil menjadi artikel utama pada platform tersebut dan ujungnyatentu saja untuk mendatangkan klien bagiku.

Masih Cuankah Blogger?

Namun, sayangnya, perubahan mulai terasa setelah pandemi melanda. Penghasilan dari blog yang dulu terasa stabil mulai menurun, perlahan tapi pasti. Faktor usia dan kategori job yang mungkin sudah tidak sesuai dengan tren saat ini membuatku merasa tersisih dari dunia blogger yang semakin kompetitif. Namun, yang paling besar adalah pergeseran minat pengguna internet. Munculnya platform berbasis video seperti TikTok dan Instagram Reels membawa perubahan besar dalam cara orang mengonsumsi konten. Pendeknya durasi video dan sifat yang cepat langsung menarik perhatian, menggeser tren konten tulisan panjang yang selama ini menjadi kekuatan blog. Dulu orang rela mencari artikel sebagai acuan, kini cukup dengan hitungan detik sudah bisa meraup banyak informasi, lantas haruskah aku bersaing?

Tak dapat dipungkiri, hal ini memengaruhi penghasilan sebagai blogger. Beberapa brand yang dulu rajin bekerja sama untuk content placement di blog kini beralih ke influencer yang lebih fokus pada konten visual. Namun, meski persaingan di dunia blogging semakin ketat, aku tetap berusaha untuk terus menulis. Karena bagiku, blogging lebih dari sekadar soal cuan, tapi juga tentang berbagi pengalaman, wawasan, dan membangun koneksi dengan pembaca. Selain itu ada sebuah rasa yang tak bisa kudapatkan dari konten visual, dengan menulis aku bak merilis berbagai perasaan, bahkan kesal bisa redam, bahagia semakin membuncah lewat kata dan hal ini tak mampu aku dapatkan dari platform sosial media lainnya. 

Perjalanan sebagai blogger memang penuh dinamika, dari awalnya sebagai tempat menyalurkan hobi, kemudian menjadi sumber penghasilan yang lumayan, hingga sekarang dihadapkan pada tantangan perkembangan teknologi dan tren baru. Meski begitu, blog-blogku tetap menjadi ruang kreatif yang kupertahankan, karena tulisan akan selalu punya tempatnya di hati mereka yang mencintai kata-kata. Sebisa mungkin aku berusaha mengikuti tren namun aku tak berjuang terlalu keras untuk itu, bukan tak mau effort namun aku sudah jauh tertinggal dengan new generation platform.

Meski perubahan terjadi, aku percaya bahwa selama ada passion, selalu ada cara untuk terus berkarya—baik di blog, platform lain, atau mungkin media baru yang muncul nantinya. Dan sampai hari ini aku masih terus menulis di semua blogku, ternyata cuan bukan juga segalanya. Meski penghasilan blogku sudah menurun namun aku masih bangga tetap menulis dan mengupdate semua blog yang aku miliki, dengan demikian aku merasa menjadi blogger sejati. Bahkan di kompasiana aku masih aktif menulis menuangkan opiniku untuk berbagai trending topik yang ada, semakin bangga ketika artikel itu juga tampil menjadi headline.

Well? Bagaimana dengan kalian? Apakah menjadi blogger masih memukau? 

0 Komentar

Komen ya biar aku tahu kamu mampir