Artikel ini masih dalam rangka challenge One Day One Post dari Komunitas ISB, tema kali ini agak susah buatku untuk memilih kisahnya. Khawatir bila aku menceritakan sesuatu yang nggak diakui nanti jatuhnya lebay haha, karena seringnya kalau urusan kerjaan memang jatuhnya kerja tim so setiap orang merasa punya andil dengan porsi cerita berbeda bukan? Alhasil aku ingin mengisahkan tentang masa remajaku saja, saat itu aku anak si nomor dua yang jadi andalan Abang dan adik-adikku khususnya untuk urusan keributan yang terjadi di dalam rumah kami.
Menjadi Juru Damai:l : Ketika Keberanian dan Kepedulian Adalah Prestasi
Dalam hidup, tidak semua prestasi diukur dengan piala atau sertifikat. Ada prestasi yang tidak terlihat namun begitu bermakna, seperti keberanian menjadi penolong di tengah situasi sulit. Ini adalah cerita tentang diriku—seorang anak yang mungkin belum bisa membanggakan orang lain, tapi cukup bangga pada dirinya sendiri karena telah menjadi leader bagi abang dan adik-adikku.
Bila ada hal yang membuat Mamak marah karena prilaku kami maka biasanya akulah sosok yang akan membela saudaraku, meski endingnya aku yang kena marah but it's OK karena masalah bisa berakhir.
Kebiasaan hadir menjadi sosok pembela berlanjut hingga aku remaja, apalagi ketika Abangku memilih mondok jadilah selama 6 tahun kedepan aku menjadi sosok yang diandalkan keluarga dan bisa dikatakan merupakan masa sulit bagiku dan sampai hari ini masih jelas di ingatan, misal nih ya ges ketika Mamak dan Papa ribut, rumah yang seharusnya menjadi tempat ternyaman justru berubah menjadi ruang penuh ketegangan. Saat itu, aku tahu bahwa aku harus mengambil peran yang lebih besar. Aku memilih untuk menjadi penolong—bukan hanya bagi adik-adikku, tetapi juga bagi abangku dan bahkan kedua orang tuaku.
Aku berani melangkah ke tengah mereka yang sedang bertikai, mencoba menjadi juru damai. Dengan kata-kata sederhana, aku berusaha meredakan amarah mereka. Aku menyembunyikan hal ini dari abang dan adik-adikku agar mereka tidak perlu melihat atau mendengar hal-hal yang bisa melukai hati mereka. Setelah semuanya sedikit tenang, aku kembali ke diriku sendiri, mencoba menenangkan hati yang sudah lelah dan penuh ketakutan.
Menemukan Kekuatan di Tengah Kesulitan
Peran ini tidak pernah mudah, tetapi dari sanalah aku menemukan keberanian yang selama ini tidak kusadari ada di dalam diriku. Aku belajar untuk menjadi penengah, untuk berpikir cepat di situasi sulit, dan untuk menempatkan kepentingan orang lain di atas rasa takutku sendiri.
Hal itu juga membuatku menjadi seseorang yang diandalkan. Abang dan adik-adikku tahu bahwa aku akan selalu ada untuk mereka. Aku adalah sosok yang mereka cari ketika mereka merasa bingung atau takut. Perasaan itu—dapat menjadi tumpuan bagi orang-orang yang kusayangi—adalah sesuatu yang aku rayakan sebagai sebuah prestasi.
Merayakan Diri dan Perjuangan
Hari ini, aku tidak lagi hanya melihat prestasi dari apa yang bisa aku tunjukkan kepada dunia luar. Aku memilih untuk merayakan diriku sendiri—semua keberanian, kepedulian, dan kekuatan yang aku temukan di tengah kesulitan. Menjadi juru damai, menjadi pelindung, dan menjadi leader di dalam keluargaku adalah sebuah pencapaian yang membuatku bangga pada diriku sendiri.
Aku belajar bahwa hidup tidak selalu tentang apa yang bisa kita dapatkan, tetapi tentang apa yang bisa kita berikan. Ketika aku melihat abang dan adik-adikku tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan penuh cinta, aku tahu bahwa aku telah melakukan sesuatu yang benar. Makanya sampai saat ini akulah yang mereka cari ketika butuh pendapat.
Kisahku adalah bukti bahwa setiap orang memiliki potensi untuk menjadi pahlawan dalam lingkup kecilnya. Tidak perlu menunggu dunia mengakui prestasimu, cukup lihat ke dalam dirimu sendiri dan hargai apa yang sudah kamu lakukan. Kadang, keberanian untuk hadir di tengah badai dan berusaha memperbaiki keadaan adalah bentuk prestasi paling indah, dan aku pernah menjadi juara pertama dalam lomba blog bertemakan pahlawan loh dengan judul Pahlawan itu adalah Aku hehe
Aku tidak sempurna, tapi aku bangga pada diriku. Aku memilih untuk merayakan perjalanan ini sebagai sesuatu yang layak dikenang, bukan hanya olehku, tetapi juga oleh abang dan adik-adikku yang telah menjadi saksi perjalananku.
Karena di balik setiap situasi sulit, selalu ada ruang untuk tumbuh. Dan aku tumbuh dengan menjadi seorang leader—pemimpin yang lahir bukan dari keinginan, tetapi dari kebutuhan untuk melindungi orang-orang yang aku cintai. Kebiasaan ini terus menyertai setiap langkahku dimanapun, di kantor pun sosokku banyak dicari sekedar untuk membuat solusi, makanya aku tak pernah menyesal tumbuh sebagai remaja yang 'rumit' hehe.
0 Komentar
Komen ya biar aku tahu kamu mampir