Memaknai Hidup dengan Segala Keterbatasannya
Hidup, dengan segala rintangannya, kadang terasa berat. Tapi kalau dipikir-pikir, justru di situlah letak keindahannya—sepaket lengkap dengan bahagia, duka, dan segala keterbatasannya. Aku belajar memaknainya dari perjalanan hidupku sendiri, dimulai dari titik nol yang mengajarkan banyak hal. Makanya ya jujurly kalau ada yang mau curhat samaku mungkin jawabannya akan klise tapi memang demikian aku memaknai hidup sungguh santuy, namun tidak hadir begitu saja, aku banyak belajar dari hidupku sendiri.
Aku, Masalah, dan Hidup Kudu Santai |
Titik nolku mungkin terjadi saat aku masih remaja. Waktu itu, aku sering kesal melihat Mamak dan Papa kerap bertengkar. Buatku yang masih muda, rasanya sulit memahami kenapa dua orang yang seharusnya saling mencintai bisa ribut terus-menerus. Saat itu, aku merasa tidak adil, kenapa aku harus mendapati keluarga seperti ini? Maklum aku saat itu ABG, sedang ingin menikmati duniaku namun tak bisa karena aku merasa harus senantiasa mengawasi Mamak Papa.
Tapi seiring waktu, entah bagaimana aku mulai melihat semuanya dari sudut pandang yang berbeda. Aku sadar, apa yang aku rasakan hanyalah sebagian kecil dari gambaran besar hidup yang diberikan Mamak dan Papa. Mereka sudah memberikan banyak hal baik—cinta, perlindungan, dan pengorbanan—meskipun itu tidak selalu datang tanpa bumbu konflik. Aku mulai berpikir, wajar kalau mereka tidak selalu bisa memberikan kebahagiaan. Mereka juga manusia yang punya keterbatasan.
Sejak saat itu, aku belajar untuk menerima. Ketika ada hal yang tidak menyenangkan, aku berhenti mengeluh dan mencoba mencari makna di baliknya. Aku mulai percaya, setiap masalah yang datang pasti ada tujuannya. Bahkan sampai sekarang, saat masalah menghampiri, hal pertama yang terlintas di pikiranku adalah, "Aku diberi masalah pasti karena aku mampu."
Cara berpikir ini membawa ketenangan dalam hidupku. Aku tidak lagi terburu-buru bereaksi, tidak lagi mengasihani diri sendiri. Sebaliknya, aku mencoba mencari solusi dengan kepala dingin. Aku percaya bahwa hidup tidak pernah hanya tentang suka, tetapi juga duka. Justru dari duka itulah aku belajar bersyukur, karena tanpa itu, aku tidak akan benar-benar menghargai kebahagiaan.
Hidup dengan keterbatasannya adalah sebuah anugerah. Apa yang aku dapatkan hari ini, baik suka maupun duka, adalah bagian dari paket lengkap yang harus dijalani. Setiap kali aku merasa di titik rendah, aku selalu mengingat pelajaran dari masa remaja itu. Pelajaran yang mengubah caraku memandang hidup, yang membuatku lebih tenang, lebih tabah, dan lebih siap menghadapi apa pun yang datang.
Bagiku, memaknai hidup bukan berarti mencari kebahagiaan terus-menerus. Tapi bagaimana menerima apa pun yang diberikan dengan penuh kesadaran, karena di situlah letak kekuatan sebenarnya. Dengan cara ini, hidup menjadi perjalanan yang selalu layak dijalani, apa pun bentuknya.
0 Komentar
Komen ya biar aku tahu kamu mampir